Bogor (ANTARA News) - Sekitar 34 pemuda ASEAN melakukan kunjungan ke Kebun Raya Bogor Jabar untuk melihat dan berkeliling di pusat konservasi tumbuhan di Indonesia yang juga merupakan kebun raya tertua di dunia.
Para pemuda yang berasal dari 10 negara yang tergabung dalam Organisasi ASEAN ini juga dibawa melihat Rafflesia Patma yang tengah mekar.
"Para pemuda ini akan kita perlihatkan bunga Rafflesia Patma yang saat ini sedang mekar di Kebun Raya Bogor. Karena bunga ini berhasil dihadirkan di Kebun Raya Bogor setelah diupayakan cukup lama oleh banyak peneliti di Kebun Raya Bogor, hampir 81 tahun, persisnya pada 3 Juni lalu akhirnya bunga pertama mekar," kata Rasmita Sari Kabag Jasa dan Informasi Kebun Raya Bogor-LIPI saat menyambut para peserta, Sabtu.
Sebelum memulai kunjungan puluhan pemuda-pemudi pilihan dari berbagai negara ASEAN disambut bak pengantin dengan pertujukan Barongsai dan Marawis. Acara makin meriah saat penampilan tari tradisional Sunda, dimana para pemuda dan pemudi diajak berdansa bersama. Lalu dilanjutkan dengan doa lintas iman yang dibawakan masing-masing perwakilan agama.
Sebelumnya, acara yang berlangsung dari pagi pukul 08:00 WIB diawali dengan kunjungan ke Pusat Penelitian Biologi Cibinong Science Center (CSC). Selain berkunjung juga dilakukan dialog antar generasi bertema The Meaning Expedition Wallace in Sustainable Biodiversity Conservation.
Kegiatan diisi dengan pengarahan Kepala Pusat Peneliti Biologi-LIPI, yang memaparkan tentang penelitian yang telah dilakukan para peneliti LIPI. Acara dilanjutkan dengan dialog konservasi menurut sudut pandang sosial dan biologi dipandu oleh Prof Eko Baroto Waluyo.
Para pemuda diberikan pemaparan seputar Keanekaragaman hayati yang terdapat di wilayah Malesia, dimana Indonesia salah satu negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati. Kepala Puslit Biologi-LIPI, Dr Siti Nuramaliati Prijono mengatakan peran pemuda sangat penting dalam menyelamatkan keanekaragaman hayati dunia yang terancam punah.
"Sudah saatnya pemuda menyuarakan tentang keanekaragaman hayati. Karena semua demi masa depan mereka kedepan. Semoga dengan program ini pemuda dapat memberikan kontrubusinya kepada penelitian untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia khususnya dan di negara ASEAN tentunya," kata Siti.
Septania H Kadir koodinator program The ASEAN Foundation menyebutkan, kunjungan tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan Ekspedisi Wallacea Pemuda Asean dan Internasional Youth Day 2010 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam rangka mempererat kerjasama menuju ASEAN Community pada tahun 2015.
"Para pemuda ini nantinya akan melakukan ekspedisi di Wallacea Ternate menelusuri jejak aktifitas ilmiah Alfred Wallace, untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang ada di Ternate. Yang nantinya kita harapkan pemuda memiliki sebuah langkah dalam menyuarakan tentang keanekaragaman hayati. Rencananya akan ada deklarasi para pemuda nantinya di Ternate," jelasnya.
Kegiatan ini berlangsung selama tujuh hari dimulai dari tanggal 25 Juni hingga 1 Juli. Para pemuda akan berangkat ke Tenate Maluku Utara besok. Di kawasan kota pulau tersebut peserta akan melaksanakan sejumlah rangkaian kegiatan sampai 30 Juni. Jalur ekspedisi akan dipusatkan di area sekitar Gunung Gamalama dipandu oleh Dr Ibnu Maryanto dan sejumlah peneliti dari LIPI.
"Dari bumi Ternati pula akan dikumandangkan pernyataan dan deklarasi Pemuda ASEAN dalam mendukung upaya perlindungan alam," kata Septania.
Kegiatan serupa disambut antusias para peserta, menurut Mekthanya Viraechit pemuda asal Laos ini merasa tertarik dapat menjadi Pemuda ASEAN. Menurut dia informasi tentang keanekaragaman hayati sangat penting. Menurutnya, alam yang ada di Indonesia tidak jauh berbeda dengan yang ada di negerinya.
"Meski ada sedikit perbedaan jenis tanaman, namun hampir sama. Ini sebuah informasi yang sangat menarik untuk saya dan bagaimana saya menyerapnya untuk saya kembangkan di negara saya. Menurut saya sudah saatnya pemuda peduli akan perubahan iklim dan menyuarakan tentang keanekaragaman hayati," ucapnya.
Mekthaya menyebutkan ada tiga orang perwakilan dari Laos yang ikut dalam ekspedisi tersebut. Sementara dari Indonesia ada empat pemuda yang dipilih mewakili. Totalnya ada 34 pemuda dan pemudi dari 10 negara. Mekthaya juga kagum dengan Kebun Raya Bogor, dia mengaku di negerinya tidak ada Kebun Raya.
" Ada kebun biasa tidak sama seperti kebun Raya Bogor ini. Sangat bagus dan menarik sekali karena banyak tanaman dari daerah-daerah lain," ucapnya.(*)
(T.KR-LR/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010