Pandemi COVID-19 di Indonesia, termasuk di Provinsi Jawa Tengah, sudah berlangsung selama satu tahun lebih dan menghantam semua sektor.
Salah satu sektor yang ikut terdampak adalah pendidikan karena kegiatan belajar mengajar terpaksa harus dihentikan guna mengantisipasi meluasnya penyebaran virus corona jenis baru itu di lembaga pendidikan.
Masyarakat, khususnya pelajar dan para guru di hampir semua tingkatan sekolah, tampaknya sudah bosan dengan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung secara daring.
Mereka ingin berinteraksi secara langsung di masing-masing sekolah, meskipun dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dengan berbagai ketentuan yang sudah ditetapkan pemerintah.
Hal tersebut menjadi salah satu faktor bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) di 140 sekolah sekolah pada 5-16 April 2021.
Uji coba PTM dilakukan di 35 SMP, 35 SMA, 35 SMK, dan 35 MA yang ada di Jateng, sedangkan untuk tingkat SD, TK, dan PAUD ditunda atas dasar masukan dari sejumlah ahli., termasuk dari Ikatan Dokter Indonesia.
Uji coba PTM hanya diikuti 70-110 siswa per sekolah, dengan jam pembelajaran tidak lebih dari empat jam sehari, dan satu mata pelajaran maksimal 30 menit, tanpa istirahat.
Protokol kesehatan yang harus dipenuhi pada pelaksanaan uji coba PTM selain penerapan 3M adalah tiap kelas diisi maksimal 15 siswa, dengan jarak kursi siswa lebih dari satu meter, dan semua memakai masker dengan baik.
Tempat cuci tangan juga sudah terpasang di pintu masuk hingga di depan-depan kelas, dan dilakukan pengecekan suhu badan.
Selain itu, di lantai sekolah terdapat garis-garis anak panah yang mengatur alur siswa saat masuk atau keluar kelas.
Uji coba PTM dilaksanakan dengan ketentuan ketat, yakni pihak sekolah dan orang tua siswa wajib melakukan protokol kesehatan, mulai dari berangkat sekolah, di dalam sekolah hingga pulang ke rumah masing-masing.
Bahkan, panduan penyelenggaraan pembelajaran pada masa pandemi COVID-19 telah diterbitkan pemerintah melalui surat keputusan bersama (SKB) Empat Menteri yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan serta Menteri Dalam Negeri.
Dalam SKB itu disebutkan bahwa semua sekolah harus sudah membuka PTM pada Juli 2021, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mewajibkan semua sekolah pelaksana uji coba PTM untuk memberikan laporan guna memastikan prosedur standar yang disusun berjalan dengan baik, serta akan digunakan sebagai evaluasi.
Kendati demikian, dalam pelaksanaan uji coba PTM, orang nomor satu di Pemprov Jateng itu masih mendapati adanya pelanggaran protokol kesehatan saat melakukan inspeksi mendadak, baik yamg dilakukan oleh guru maupun pelajar.
Ketika sidak di MTs Negeri 1 Kota Semarang, Ganjar mendapati seorang siswa yang lupa dengan salah satu aturan PTM, yakni berswafoto dengan ponsel saat tiba di rumah untuk laporan ke pihak sekolah.
Menurut Ganjar, ide berswafoto bagi pelajar saat sudah sampai di rumah usai pulang sekolah itu sudah bagus sehingga para guru bisa memastikan betul anak didiknya telah sampai di rumah.
Politikus PDI Perjuangan itu menegaskan kepada para guru agar tidak lengah dalam pengawasan terhadap para siswa dan mengingatkan agar tidak bergerombol, baik di luar maupun saat di dalam ruangan.
Ganjar juga mendapati beberapa guru di SMK Hidayah, Kota Semarang, tidak menggunakan masker saat melakukan kegiatan di sekolah sehingga dikhawatirkan menambah jumlah kasus COVID-19.
Dirinya melihat langsung guru yang berseliweran tanpa memakai masker dan ada guru yang melepas masker saat memberikan pelajaran di kelas.
Sekolah-sekolah di Provinsi Jateng juga diperingatkan agar tidak melaksanakan uji coba PTM tanpa izin dari dinas pendidikan dan kebudayaan.
"Tidak boleh colong-colongan, pengawasan ini sulit, apalagi kalau ada yang tidak izin. Kalau yang sudah izin, bisa kita ngecek satu-satu. Nanti akan saya suruh cek, kalau banyak, ya akan kami evaluasi dulu. Kalau ada yang melanggar, ya ditutup, gak boleh lagi," kata Ganjar, saat sidak di SMK Hidayah,Kota Semarang.
Terkait dengan hal itu, dirinya mengaku sudah memerintahkan Disdikbud Provinsi Jateng mengecek berapa sekolah yang mendatangkan murid, apakah untuk PTM atau untuk uji kompetensi keahlian bagi pelajar kelas 3 SMK.
Selain 140 sekolah yang ditetapkan, uji coba PTM harus izin jika ingin menggelar uji coba yang sama.
Hal tersebut ditekankan Ganjar agar semua pihak peduli, sebab dirinya menyakini disiplin protokol kesehatan harus dimulai dari guru.
"Murid relatif lebih gampang diatur kalau diperingatkan, lha gurunya yang memperingatkan siapa, maka saya minta sekolah harus membuat tim COVID-19," ujarnya.
Berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar ke depan saat pandemi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo menyebut sasaran vaksinasi guru atau tenaga pendidik di Jawa Tengah sekitar 15.000, yang terbagi atas guru SMA, SMK, MA, SMP dan MTs, di masing-masing kabupaten/kota.
Saat ini vaksinasi terhadap guru sudah mulai berjalan di sejumlah kabupaten/kota sehingga diharapkan saat kegiatan belajar mengajar berjalan seperti biasa tidak menimbulkan klaster baru COVID-19.
Antisipasi munculnya klaster baru di lembaga pendidikan, terutama terkait PTM itu juga mendapat perhatian dari kalangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jateng.
Anggota Komisi E DPRD Jateng Yudi Indras Wiendarto meminta penerapan protokol kesehatan di sekolah yang melaksanakan PTM dilakukan secata ketat, disiplin, serta berkelanjutan.
Jangan sampai disiplin pada hari atau pekan pertama, namun tidak terpantau pada pekan-pekan selanjutnya, termasuk interaksi antarsiswa dan guru juga mesti terjaga.
Dirinya mengkhawatirkan pendidik dan tenaga kependidikannya sebab rata-rata usia yang bersangkutan sudah berusia lanjut.
Sementara itu, para pelajar di sejumlah sekolah yang mulai melaksanakan uji coba PTM merasa senang dan telah menyiapkan diri untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam mengikuti PTM.
Salah satunya Dinda Risfatunnisa, siswa kelas X IPS MAN 1 Kota Semarang, yang jauh-jauh hari telah menyiapkan segala kebutuhan untuk mengikuti PTM.
"Yang saya siapkan masker, handsanitizer dan juga vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh,” ujarnya, usai mengikuti uji coba PTM di sekolahnya.
Menurut dia, PTM dapat mempermudah siswa untuk menerima dan memahami pelajaran, berbeda dengan pembalajaran secara daring.
Selama ini, pembelajaran daring dinilainya butuh pemikiran ekstra untuk dapat menerima dan memahami pelajaran, apalagi jika penjelasan guru hanya berbasis suara.
Selama ini, menurut dia, pembelajaran di rumah atau daring, kendalanya agak susah memahami materinya, perlu penjelasan lebih. Kita semua berharap semoga corona bisa segera berakhir dan sekolah dapat berjalan sebagaimana biasa.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021