Bantul (ANTARA News) - Sebanyak 40 tim yang mengikuti Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010 di Pantai Pandansimo, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul mengikuti uji fungsional roket di darat.

"Nilai uji ini memiliki bobot tinggi yakni 40 poin. Uji ini dimaksudkan untuk menilai fungsional muatan roket sebelum nanti diluncurkan," kata Kepala Pusat Teknologi Terapan Dirgantara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Rika Andiarti di Bantul, Sabtu.

Ia menjelaskan, uji fungsional itu penting karena untuk melihat apakah muatan benar-benar berfungsi atau tidak sebab kalau di darat saja tidak berfungsi apalagi jika sudah diluncurkan.

Menurut dia, 40 roket yang diuji tersebut merupakan hasil seleksi dari 73 Tim yang mengajukan proposal rancang bangun muatan roket ke panitia.

"Tim yang telah lulus seleksi proposal diwajibkan mengirimkan laporan kemajuan rancang bangun tersebut melalui gambar video dan mengikuti `Work Shop` Kompetisi Roket Indonesia 2010 pada 25 April di Universitas Gadjah Mada," katanya.

Menurut dia, "Work Shop" bagi seluruh peserta kompetisi itu bertujuan untuk pengenalan teknologi peroketan, peluncuran roket dan uji terbang muatan roket, serta penyampaian seluruh agenda pelaksanakan kompetisi.

Ia mengatakan, roket yang lolos uji fungsional ini maka akan ikut kompetisi peluncuran roket yang berlangsung Minggu (27/6) di Pantai Pandansimo.

"Uji darat ini meliputi fungsional muatan roket, rancang bangun apakah tahan terhadap goncangan dan kecepatan serta kemampuan dari fungsi muatan roket itu sendiri," katanya.

Rika mengatakan, Korindo tahun ini mengambil tema "Homing Meteo Payload", yakni kompetisi untuk mendapatkan juara hasil rancang bangun muatan roket (payload) yang mampu kembali/menuju sasaran yang telah ditentukan, setelah terlepas dan terpisah dari roket peluncur seri RUM70-100-LPN.

"Roket ini berbahan bakar propelan padat dan dapat mencapai tinggi terbang 2 kilometer," katanya.

Adapun persyaratan muatan roket yang dilombakan adalah, berbentuk silinder berisi rangkaian elektronik dan sistem akuator yang berfungsi sebagai perangkat telemetri untuk meteorologi dengan menggunakan tiga macam sensor yaitu temperatur, tekanan dan kelembaban.

"Selain itu juga menggunakan pemandu arah terbang muatan menuju sasaran menggunakan kompas dan bersifat otonomous sekaligus bisa berkomunikasi dengan sistem kendali operator di `ground segment, ukuran dimensinya diameter 100 mm, tinggi 200 mm dan berat maksimal 1.000 gram," katanya.

Korindo 2010 adalah kompetisi yang ketiga kali sejak 2008, dan diikuti tim perwakilan 40 perguruan tinggi negeri dan swasta seluruh Indonesia, masing-masing tim terdiri dari tiga mahasiswa dan seorang dosen pembimbing.

"Disamping itu juga akan dihadiri tamu observer dari "Asia-Pacific Regional Space Agency Forum" (APRSAF), yang berasal dari Jepang dan Malaysia, mereka tertarik datang untuk mengamati jalannya kompetisi dan kemungkinan akan dijadikan salah satu agenda APRSAF pada kesempatan yang akan datang," katanya.

Adapun delegasi yang akan hadir adalah Prof Dr Takashi Kubota, "Co-chairman 0f Space Education & Awareness Working Group" dari Jepang dan dari Malaysia ada tiga dosen dari Universiti Kebangsaan Malaysia yakni Dr Wayan Suparta, Dr Geri Gopir, dan Dr Helmi Sanusi.

"Korindo 2010 bertujuan untuk penyiapan bibit unggul yang berminat menggeluti teknologi dirgantara, kususnya peroketan, melalui sarana `space education` dan meningkatkan rasa cinta dirgantara bagi masyarakat luas, dalam rangka menuju kemandirian Indonesia di bidang teknologi peroketan," katanya.
(U.V001/B013/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010