Muhammadiyah perlu berpartisipasi dalam program pemerintah.

Kuala Lumpur (ANTARA) - Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur Mukhammad Farid Maruf meresmikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sanggar Bimbingan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di Jalan Raja Alang Kuala Lumpur, Jumat (9/4) malam.

Peresmian dihadiri Ketua PCIM Malaysia Prof. Dr. Sonny Zulhuda, Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) Dr. Encik Abdul Hajar, Ketua Majelis Pendidikan Seni dan Olahraga Ustaz Ahmad Fathoni, sejumlah guru SIKL, pengurus PCIM dan Aisyiyah Malaysia, serta orang tua murid.

Ketua Majelis Pendidikan Seni dan Olahraga Ustaz Ahmad Fathoni mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan inisiatif yang luar biasa dan merupakan kolaborasi yang sangat bagus antara KBRI, SIKL, dan PCIM Malaysia.

Baca juga: KBRI pastikan kondisi 21 PMI yang ditangkap Imigrasi Malaysia

"Inisiatif melakukan kegiatan ini karena masih banyak anak yang belum mendapatkan kesempatan pendidikan yang bisa diakses dibanding warga setempat karena beberapa faktor. Kebetulan orang-orang yang ada sekitar ini memiliki kelebihan ilmu untuk diberikan kepada anak-anak," katanya.

Sementara itu, Ketua PCIM Malaysia Prof. Dr. Sonny Zulhuda mengatakan bahwa acara ini merupakan kegiatan PCIM pertama kali yang melibatkan banyak orang secara fisik sejak pandemik COVID-19 sehingga akan menjadi sejarah karena selama ini bertemunya di layar komputer.

"Selama ini kami mengerjakan TPA yang sifatnya informal. Makanya, begitu ketemu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKPB), Muhammadiyah perlu berpartisipasi dalam program pemerintah. Nanti tidak hanya belajar ilmunya, tetapi juga ada ijazahnya supaya ke depan anak-anak semua mendapatkan kesempatan," katanya.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur Mukhammad Farid Maruf menyampaikan terima kasih kepada PCIM dan Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Kampung Baru yang peduli dengan pendidikan anak-anak.

"Kami atas nama pemerintah meminta maaf belum bisa menyediakan fasilitas pendidikan sebagaimana amanat undang-undang karena yang ada hanya SIKL, sedangkan jumlah anak-anak Indonesia ada puluhan ribu anak," katanya.

Baca juga: KBRI Kuala Lumpur perbanyak sanggar belajar di Semenanjung

Farid mengatakan bahwa pihaknya memilih menggunakan nama sanggar bimbingan karena kegiatan belajar tersebut belum memperoleh izin dari Kementerian Pendidikan Malaysia dan mereka mempersilakan melakukan kegiatan asal tidak ada kata belajar.

"Kegiatan ini atas partisipasi dari masyarakat. Ada dua jaminan dari kami, pertama anak-anak bisa ikut ujian bukan hanya baca tulis hitung, melainkan nanti menggunakan kurikulum Indonesia sehingga saat pulang bisa pindah dengan strata yang sama. Kedua materi pelajaran," katanya.

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021