Beton geopolimer menggunakan 100 persen fly ash sebagai material perekat, jadi tidak perlu lagi memakai semen
Jakarta (ANTARA) - Inovasi beton geopolimer berbasis abu terbang limbah PLTU batu bara atau fly ash sebagai bahan dasar mampu menjadikan bisnis konstruksi kian kompetitif.
Dosen jurusan teknik sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Januarti Jaya Ekaputri dalam pernyataanya di Jakarta, Jumat, mengatakan beton geopolimer tidak menggunakan semen sebagai perekat sehingga bisa menekan biaya konstruksi.
"Dari sisi harga tentu saja ini sangat menarik karena tergantung dari berapa banyak material yang dipakai untuk konstruksi, semakin banyak fly ash yang digunakan harga akan semakin murah," kata Januarti.
Permintaan beton geopolimer diproyeksi akan meningkat di masa mendatang lantaran cadangan persediaan kalsium sebagai bahan baku pembuatan semen semakin menipis.
Hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan bahan baku pembuatan beton geopolimer berupa fly ash yang masih melimpah lantaran total keseluruhan sumber daya batu bara di Indonesia mencapai 143,73 miliar ton dengan cadangan sebesar 38,81 miliar ton.
"Beton geopolimer menggunakan 100 persen fly ash sebagai material perekat, jadi tidak perlu lagi memakai semen," kata Januarti.
Tahun 2016, Januarti membawa hasil penelitian paving geopolimer ke Jepang mengikuti kompetisi inovasi level dunia, lalu memperoleh medali emas sebagai salah satu inovasi terbaik dunia.
Beton geopolimer lebih kuat ketimbang beton semen karena tahan karat, tahan korosi, dan tahan api sehingga cocok untuk tulang jembatan, bandara, bunker, pemecah gelombang, hingga bangunan yang berada di lokasi rawan bencana.
"Bisnis seharusnya menjadi lebih semangat gara-gara bisa memanfaatkan fly ash dan bottom ash karena dari sisi mekanik dan cost itu sangat menguntungkan," tutur perempuan yang akrab dipanggil Yani tersebut.
Sekedar informasi dari total 237 PLTU batu bara yang tersebar di seluruh Indonesia, saat ini tercatat ada 60 unit PLTU yang telah memanfaatkan fly ash sebagai material pengganti semen dengan persentase 30 persen hingga 100 persen, di antaranya PLTU Pangkalan Susu, PLTU Suralaya, PLTU Tanjung Jati, PLTU Paiton 1 dan 2, PLTU Labuan, PLTU Paiton 9, dan PLTU Rembang.
Baca juga: Mahasiswa ITS ubah cangkang keong jadi beton
Baca juga: Inovasi beton mahasiswa UKP jadi juara internasional
Baca juga: Inovasi semen dan beton berkelanjutan Solidia Technologies dipercaya para pemimpin industri minyak dan gas
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021