Jakarta (ANTARA News) - Politisi senior Partai Golkar, Zainal Bintang, di Jakarta, Kamis malam mengingatkan para elite partai berlambang pohon beringin itu, agar tidak perlu resah dengan manuver Ormas Nasional Demokrat (Nasdem), karena hanya menambah-nambah musuh.
"Apalagi dengan secara kasar Sekjen-nya (Idrus Marham, Red) menyuruh Surya Paloh (Ketua Umum DPP Ormas Nasdem) `hengkang` saja dari Golkar. Ini kan menambah-nambah musuh saja yang sudah banyak. Saran kami, jangan tambah musuh lagi-lah," ujarnya.
Zainal Bintang dan beberapa tokoh senior Partai Golkar (PG) juga berpendapat, pernyataan itu, benar-benar kurang etis.
"Masakan seorang `kopral atau kader pemula dengan arogan mau mengusir seorang `jenderal atau kader senior," tandasnya.
Ia mengatakan itu, mengomentari pernyataan yang oleh banyak sesepuh PG dianggap terlalu kasar oleh Sekjen DPP PG, Idrus Marham, yang menyuruh Surya Paloh keluar saja dari partai.
Pernyataan itu lahir, didasarkan pada realitas di lapangan, banyak kader PG kini ramai-ramai masuk Ormas Nasdem Pimpinan trio politisi senior PG, yakni Surya Paloh-Sri Sultan Hamengku Buwono X-Siswono Yudhohusodo.
"Sekali lagi kami ingatkan, sebaiknya elite PG jangan tambah musuh lagi. Karena ke depan, hal itu akan menyulitkan partai maupun Aburizal Bakrie (Ketua Umum DPP PG). Ingat, Surya Paloh sebagai kader handal PG memang memiliki dukungan signifikan pada Munas di Pekanbaru, Oktober tahun lalu. Wajar jika dia banyak pendukung," katanya lagi.
Mudah-mudahan, demikian Zainal Bintang, pernyataan Idrus Marham tidak mengekspresikan sikap resmi DPP GP sekarang sebagai institusi.
Surya Paloh Berakar
Mengenai makin banyaknya kader PG ikut Ormas Nasdem, menurut Zainal Bintang, karena pertama, keberadaan Surya Paloh dkk cukup berakar di partai pemenang kedua Pemilu Legislatif (Pileg) 2009 tersebut.
"Bukti konkret bisa disaksikan pada MUnas Pekanbaru, di mana selisih suara Surya Paloh dengan Aburizal Bakrie sangat tipis," ungkapnya.
Hal kedua, lanjutnya, diterapkannya pola `bumi hangus` oleh rezim Aburizal Bakrie, sehingga menimbulkan antipati serta perlawanan kader-kader sejati yang disingkirkan dengan dasar `like and dislike`.
"Lalu ketiga, arogansi oknum DPP yang menggunakan pola `militer` main pecat, main tegur dan main ancam, malah main politik uang dalam `menggarap` calon-calon bupati, walikota dan gubernur. Ini kan praktik `menggali lubang kubug` pada 2014," ujarnya.
Zainal Bintang lalu menunjuk pola akomodasi oleh Anas Urbaningrum (Ketua Umum Partai Demokrat dan jajarannya).
"Mereka merangkul semua, termasuk kubuh yang kalah," katanya.
Masalahnya sekarang, Aburizal Bakrie ternyata harus belajar dari politisi muda yang lebih elegan agar PG tidak ambruk di tangannya. (M036/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010