Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 dalam setahun terakhir telah mengubah paradigma, cara berbisnis, hingga strategi menjalankan usaha dari para pelakunya.
Mereka yang tak mampu beradaptasi dipastikan tidak akan dapat bertahan di tengah kencangnya badai pandemi yang menerpa.
Bahkan pelaku UMKM yang selama ini dikenal sebagai sektor yang fleksibel dan menjadi penyangga saat krisis pun tak terelakkan terdampak pandemi COVID-19.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut bahwa kondisi yang terjadi saat ini sungguh berbeda dengan keadaan ketika krisis moneter pada 1998 ketika itu UMKM menjadi sektor penyelamat perekonomian saat usaha besar bertumbangan.
Namun sekarang, banyak pelaku UMKM berjatuhan karena tak mampu bertahan lantaran menurun drastisnya daya beli masyarakat hingga segudang persoalan lain yang mereka hadapi.
Teten menyebut bahwa mereka yang cenderung mampu bertahan di tengah pandemi adalah pelaku usaha yang telah terkoneksi ke sistem digital. Sayangnya jumlah mereka kurang dari 10 persen pelaku UMKM di tanah air.
Padahal peluang pasar produk-produk kebutuhan pokok dan rumah tangga justru meningkat di tengah pandemi.
Namun lantaran ada pembatasan pergerakan orang maka belanja online kemudian menjadi pilihan.
Oleh karena itu, pasar online tak terelakkan merupakan ceruk yang mestinya harus digarap serius terlebih untuk produk-produk kebutuhan parenting dan bayi.
Kebutuhan parenting
Di tengah pandemi COVID-19, memang tren belanja online kini memasuki dimensi baru. Orang tak menyadari pula bahwa ada ceruk-ceruk pasar yang selama ini tersembunyi dan tidak disadari padahal kebutuhan atasnya relatif tinggi.
Di Indonesia, rata-rata ada 2,44 kelahiran per perempuan pada 2018. Oleh karena itu, wajar jika kategori pasar ibu dan calon ibu menjadi sangat menjanjikan.
Hasil riset dalam laporan Digital Mom and Baby Shopper Profile in Indonesia dari eCommerceIQ mengungkapkan 66 persen konsumen Indonesia berbelanja produk kategori ibu dan anak secara online.
Alasannya, belanja online lebih praktis, nyaman, banyak variasi merek yang dapat ditemukan, dan tidak memerlukan waktu yang banyak.
Dan kini produk kebutuhan bayi dan parenting pun, merupakan salah satu yang meningkat permintaannya di tengah pandemi.
Sebagian besar ditransaksikan melalui online karena dunia parenting Indonesia yang saat ini didominasi orang tua milenial cenderung menginginkan belanja yang praktis dan mudah melalui online.
Faktanya produk lokal perlengkapan bayi bahkan mainan anak pun permintaannya membludak selama pandemi. Tercatat misalnya produsen produk bayi lokal Sugarbaby Indonesia yang dirintis sejak akhir 2013 mengakui di tengah pandemi permintaan terhadap brand lokal produk perlengkapan bayi dan mainan anak meningkat.
Maka mereka pun terus melakukan inovasi agar para orang tua milenial bisa memenuhi kebutuhan parenting bagi anak-anak mereka di rumah.
Dengan kisaran harga antara Rp30 ribu hingga Rp800 ribu, produk mereka banyak dipasarkan melalui sosial media instagram Sugarbaby.co.id dan berbagai platform market place seperti Blibli, Lazada, Tokopedia, dan Shopee sehingga masyarakat lebih mudah mengaksesnya.
Direktur Utama Sugarbaby Indonesia Adrian Lucas memastikan seluruh produknya aman sebagai salah satu nilai tambah agar bisa bersaing di pasar yang lebih luas.
Produk bayi memang wajib melewati proses pengujian yang ketat serta memenuhi standar keamanan internasional sehingga tidak mengandung bahan-bahan berbahaya bagi si kecil. "Kualitas dan keamanan dari produk harus selalu menjadi prioritas utama,” ujar Adrian.
Jaminan keamanan
Beragam produk parenting nyatanya seluruhnya harus mengantongi berbagai sertifikasi internasional di antaranya adalah FDA Approved (food and drug admistration, Lembaga Pengawasan Obat/Makanan Amerika).
Itu semata dilakukan agar produsen tetap dapat menjaga kepercayaan pasar sehingga produk tersebut harus benar-benar bebas dari BPA, Phthalate, PVC, dan bahan kimia berbahaya lainnya.
Sebagai produsen lokal, Adrian menyatakan bahwa standar tersebut menjadi tantangan tersendiri tapi tak terelakkan untuk meningkatkan
minat pembeli terhadap produk agar semakin tinggi.
Pihaknya mendapati selama pandemi memang permintaan produk bayi meningkat dan cukup merata di semua lini produknya baik dalam kategori kursi bayi, peralatan makan dan minum bayi, mainan edukasi, dan perlengkapan bayi lainnya.
Terkait pasar online, Adrian mengaku di awal merintis usaha, tidak mudah untuk melakukan edukasi terhadap konsumen apalagi di saat itu sektor perlengkapan bayi dan mainan bayi masih terhitung dominan di pasar offline.
"Namun seiring waktu berjalan, edukasi konsumen yang berjalan efektif disertai pasar yang terus berkembang membuat kami bisa diterima dengan baik hingga akhirnya bisa jadi salah satu pemain retail untuk produk kebutuhan bayi dan mainan anak-anak di Indonesia," katanya.
Maka dengan semakin meningkatnya angka kehamilan serta kelahiran di Indonesia yang terus naik seiring waktu, tidak heran semakin banyak bisnis yang menjual produk bayi dan parenting bermunculan di masa pandemi ini. Tak ayal, prospek bisnis di bidang itu pun semakin menjanjikan, ditambah dengan besarnya keuntungan.
Apalagi kemajuan teknologi digital membuat transaksi jual-beli menjadi semakin praktis. Pemilik usaha bisa dengan mudah mempromosikan produk dan konsumen semakin dimudahkan dalam menemukan produk yang dicari.
Di samping itu, terdapat faktor lain yang memperbesar peluang usaha produk bayi dan parenting yakni semakin meningkatnya kesadaran orang tua untuk memberikan yang terbaik untuk bayinya demi menunjang kenyamanan serta tumbuh kembang si buah hati.
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021