Seoul (ANTARA News/AFP) - Para aktivis Korea Selatan dan Jepang menyebar puluhan ribu selebaran propaganda ke Korea Utara, Rabu, di tengah ketegangan yang tinggi di perbatasan, kata beberapa saksi.
Sekitar 100 aktivis Korea Selatan dan tiga orang Jepang melepas 10 balon raksasa yang membawa 100.000 selebaran ke arah perbatasan yang dijaga sangat ketat dari Cheorwon, sekitar 70 kilometer sebelah timurlaut Seoul, kata mereka.
Orang-orang Jepang itu mencakup Tsutomu Nishioka, yang memimpin kampanye untuk menyelamatkan warga Jepang yang diculik oleh agen-agen Korea Utara.
Tokyo menuduh Pyongyang menculik orang-orang Jepang untuk melatih mata-mata mereka dengan bahasa dan kebudayaan mereka.
Balon-balon itu membawa selebaran yang dikirim oleh kelompok Nishioka, kata kantor berita Yonhap, dengan menambahkan bahwa selebaran yang dikirim oleh orang-orang Korea Selatan berisikan tuduhan bahwa Korea Utara telah menenggelamkan kapal perang Korea Selatan pada Maret.
Hubungan antara kedua negara Korea itu memanas akhir-akhir ini terkait dengan tenggelamnya kapal Korea Selatan itu.
Jumat (4/6), Korea Selatan menyerahkan surat keluhan ke Dewan Keamanan PBB mengenai penenggelaman sebuah kapal perangnya oleh Korea Utara pada Maret dan meminta tindakan, kata sejumlah diplomat.
Duta Besar Korea Selatan untuk PBB Park In-kook menyerahkan surat itu kepada Dubes Meksiko Claude Heller, yang bulan ini menjadi presiden DK yang beranggotakan 15 negara, kata mereka.
Dalam sebuah pernyataan singkat kepada wartawan, Park tidak memberikan penjelasan terinci mengenai apa yang Seoul ingin DK lakukan atau kapan mereka menghendaki sebuah pertemuan.
"Kami ingin DK melakukan tindakan yang sesuai dengan gentingnya situasi," katanya.
Penyelidik internasional pada 20 Mei mengumumkan hasil temuan mereka yang menunjukkan bahwa sebuah kapal selam Korea Utara menembakkan torpedo berat untuk menenggelamkan kapal perang Korea Selatan itu, dalam apa yang disebut-sebut sebagai tindakan agresi paling serius yang dilakukan Pyongyang sejak perang Korea 60 tahun lalu.
Sebanyak 46 orang awak Korea Selatan tewas ketika kapal perang itu tenggelam di dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan dengan wilayah utara pada Maret lalu dalam kondisi misterius setelah ledakan yang dilaporkan.
Korea Selatan mengumumkan serangkaian pembalasan yang mencakup pemangkasan perdagangan dengan negara komunis tetangganya itu.
Korea Utara membantah terlibat dalam insiden tersebut dan membalas tindakan Korea Selatan itu dengan ancaman-ancaman perang.
Seorang diplomat Korea Utara mengatakan, Kamis (3/6), ketegangan di semenanjung Korea setelah tenggelamnya kapal perang Korea Selatan begitu tinggi sehingga "perang bisa meletus setiap saat".
Dalam pernyataan pada Konferensi Internasional mengenai Perlucutan Senjata, wakil utusan tetap Korea Utara untuk PBB di Jenewa, Ri Jang-Gon, menyalahkan "situasi buruk" itu pada Korea Selatan dan AS.
"Situasi semenanjung Korea saat ini begitu buruk sehingga perang bisa meletus setiap saat," katanya.
Kedua negara Korea itu tidak pernah mencapai sebuah perjanjian pedamaian sejak perang 1950-1953 dan hanya bergantung pada gencatan senjata era Perang Dingin.(M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010