Anggota BPH Migas Adi Subagyo sebelum rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu mengatakan, dengan berbentuk konstanta maka akan lebih baik bagi PT Pertamina (Persero) maupun pemerintah.
"Kalau berbentuk persentase maka saat harga minyak tinggi, pemerintah rugi, sedang ketika harga minyak turun seperti sekarang ini Pertamina yang rugi," katanya.
Menurut dia, pihaknya akan mengusulkan perubahan alpha dari persentase ke konstanta bisa masuk dalam perubahan APBN 2009. "Nilai konstantanya bisa berbentuk rupiah atau dolar AS," tambahnya.
Sesuai UU APBN 2009, alpha tahun ini telah ditetapkan sebesar delapan persen. Pertamina mengaku rugi dengan alpha delapan persen itu dan sudah menyampaikan permintaan kenaikannya ke Menneg BUMN dan Menteri Keuangan.
Dirut Pertamina Ari Soemarno pernah mengatakan akan mengalami kerugian Rp2 triliun dari bisnis BBM bersubsidi tahun 2009 dengan alpha hanya delapan persen.
Rugi itu dengan asumsi rata-rata harga minyak mentah pada 2009 di kisaran 50 dolar AS per barel dan kurs Rp11.000 per dolar AS. Dengan asumsi yang sama, maka bisnis pendistribusian BBM bersubsidi baru akan mencapai titik impas pada alpha sebesar 12,5 persen.
Namun, jika harga minyak 80 dolar AS per barel dan kurs Rp9.400 per dolar AS, maka titik impas pada alpha 10 persen.
Pada tahun 2008, bisnis distribusi BBM bersubsidi menyumbang laba bersih Pertamina sebesar Rp4 triliun menyusul harga minyak yang cukup tinggi.
Dalam APBN 2009, volume BBM bersubsidi ditetapkan 36,8 juta kiloliter dengan alpha sebesar delapan persen dari harga patokan minyak di pasar Singapura (MOPS). (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009