Yerusalem (ANTARA News) - Kepala Staf AD Israel Gabi Ashkenazi, Selasa, mengatakan, ia akan menghentikan kapal-kapal Lebanon dan Iran yang membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Dengan berlindung di balik hak menginspeksi dan "mencegah masuknya senjata ke Jalur Gaza", Ashkenazi seperti dikutip situs berita "Ynet" mengatakan ia "tidak akan membiarkan Jalur Gaza menjadi pelabuhan Iran".
"Kami tidak bisa membiarkan Jalur Gaza menjadi pelabuhan Iran," kata komandan angkatan darat negara teroris Israel itu.
Seperti dilaporkan Kantor Berita ISNA, Bulan Sabit Merah Iran mengatakan satu kapal bantuan negara itu akan bertolak dari Pelabuhan Teluk Bandar Abbas akhir pekan ini menuju Jalur Gaza.
Perjalanan kapal bantuan kemanusiaan Teheran tersebut diperkirakan memakan waktu 14 hari.
Sejumlah organisasi sipil Lebanon juga berencana mengirim dua kapal bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza, yang rakyatnya menderita akibat blokade Israel sejak HAMAS berkuasa tahun 2006.
Dua kapal Lebanon itu direncanakan berlayar menuju Gaza lewat Siprus.
"Jika `flotilla` kapal datang dari Lebanon kami akan tangani. Jika mereka damai, kami akan tangani secara damai. Kalau tidak, ya kami tangani dengan cara yang semestinya," kata Ashkenazi.
Pasukan komando AL negara teroris Israel menyerbu kapal Turki, "Mavi Marmara", pada 31 Mei 2010 dan membunuh sembilan orang aktivis kemanusiaan yang berada di kapal misi kemanusiaan Gaza itu.
Kapal MV Rachel Corrie juga gagal mencapai Jalur Gaza setelah kapal pasukan komando AL Israel menghadangnya dalam pelayaran menuju Gaza pada 6 Juni lalu.
Kapal misi kemanusiaan milik Irlandia itu mengangkut sekitar seribu ton pasokan bantuan bagi rakyat Gaza, separuhnya adalah semen.
Israel melarang pengiriman semen karena khawatir dipakai untuk membangun benteng pertahanan.
Aksi pasukan komando Israel itu mengundang kecaman masyarakat internasional dan memicu aksi demonstrasi luas di berbagai negara.
Hubungan bilateral Turki-Israel pun sempat terganggu akibat insiden di atas Kapal "Mavi Marmara" yang menewaskan sembilan warga negara Turki dan melukai dua warga negara Indonesia itu.
Negara teroris Zionis Israel ini sangat mengkhawatirkan kapal-kapal misi kemanusiaan.
Israel dan Lebanon masih resmi berada dalam situasi perang, sedangkan Iran dipandang Tel Aviv sebagai ancaman utama keamanannya setelah Presiden Mahmoud Ahmadinejad memprediksi kehancuran Israel.
Bersama sekutu Baratnya, terutama Amerika Serikat, negara teroris Israel mencurigai Iran sedang mengembangkan kemampuan senjata nuklirnya lewat program nuklir untuk tujuan damai.
Tuduhan Barat dan Israel itu secara konsisten dibantah Teheran. Sebaliknya masyarakat internasional tahu bahwa Israel sendiri justru memiliki pasokan senjata nuklir.
Negara teroris Israel yang didirikan di atas tanah Palestina yang dijajahnya dengan bantuan Barat sejak 1948 merupakan satu-satunya kekuatan nuklir di Timur Tengah. (*)
AFP/R013/C003
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010