Tapi beberapa kali kali kami gali ketemu tangan orang
Flores Timur (ANTARA) - Bau amis masih menyeruak di beberapa titik lokasi pencarian penduduk yang hilang di Desa Lamanele, Adonara Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga hari keempat usai bencana longsor Gunung Ile Buleng, Kamis.
"Ada bau ini di sini. Cepat sini, gali di sini," teriak salah satu penduduk dari Desa Muda, Adonara Timur, Hugosius (43), yang ikut dalam pencarian korban hilang di Desa Lamanele.
Satu unit alat berat jenis eksavator milik salah satu kontraktor perumahan di dekat lokasi kejadian dilibatkan sejak Selasa (6/4) dalam pencarian korban hilang.
Selain itu dari pemantauan ANTARA, juga tampak sekitar tujuh orang berseragam oranye dengan tulisan Basarnas di bagian punggung atas pakaian mereka ikut mencari korban.
Petugas berseragam polisi juga tampak membawa seekor anjing pelacak menyisir bau amis di lokasi kejadian.
Desa Lamanele berada di kaki Gunung Ile Boleng yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan menuju gunung ke arah utara.
Bencana alam yang melanda permukiman berpopulasi sekitar 200 jiwa lebih penduduk itu terjadi pada Minggu (4/4) sekitar pukul 01.30 WITA.
Hugois yang berdomisili di perkampungan sebelah Desa Lamanele itu mengatakan ribuan batu dari Gunung Ile Buleng secara tiba-tiba menggelinding menabrak seluruh benda yang dilintasi, termasuk puluhan rumah penduduk di Desa Lamanele yang terkubur tanah dan batu.
Baca juga: Jembatan darurat Waiburak-Waiwerang Flores Timur bisa dilalui mobil
Baca juga: Toa dan lonceng andalan warga Adonara untuk peringatan dini bencana
Saat ANTARA tiba di desa tersebut, bau amis masih menyengat di beberapa titik bangunan yang tertimbun lumpur serta batu besar. Beberapa keluarga korban menyisir satu per satu puing bangunan mengikuti sumber bau amis yang mereka rasakan.
"Bisa juga bau ini hewan yang mati seperti anjing atau babi. Tapi beberapa kali kali kami gali ketemu tangan orang. Sudah dua kali kami evakuasi korban di sini," kata Hugosius.
Alat berat tampak bergerak menyisir satu persatu timbunan tanah untuk dikeruk dan memindahkan batu beraneka ukuran. "Batu yang paling besar ada beberapa seukuran ruang dapur. Kalau yang sedang bisa ratusan dan yang kecil seukuran kepala orang bisa sampai ribuan jumlahnya," kata Hugosius.
Tiga dari lima mata di ujung alat keruk eksavator tampak patah saat mencoba memindahkan batu berukuran besar dari atas rumah penduduk yang ambruk.
Data yang dihimpun dari Posko Basarnas melaporkan dari total 56 penduduk Desa Lamanele yang dinyatakan hilang, tinggal satu di antaranya yang belum ditemukan.
Sebanyak 55 penduduk telah dinyatakan meninggal dan dimakamkan secara massal di perkebunan singkong di dekat lokasi kejadian.
Baca juga: Persaudaraan Muslim di Flores Timur
Baca juga: Tumpukan batang pohon memenuhi Kali Mati di Adonara Timur usai banjir
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021