Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengakui bahwa kenaikan tarif dasar listrik akan berdampak kepada kenaikan biaya produksi di sejumlah industri, namun akan dijaga agar tidak terlalu besar.
"Memang harus realistis karena bagaimanapun juga bagi sektor industri, kenaikan TDL (tarif dasar listrik) akan mempengaruih biaya produksi, tapi tak terlalu besar persentasenya," kata Hatta Rajasa di Gedung Kantor Menko Perekonomian Jakarta, Senin malam.
Menurut Hatta, porsi rata-rata biaya listrik di industri mencapai sekitar enam persen dari total biaya produksi.
"Jadi kalau kenaikan TDL nanti 10 persen, maka kenaikan biaya produksi hanya sekitar 0,6 persen," katanya.
Ia menyebutkan, pemerintah akan menjaga agar tidak ada dampak ikut akibat kenaikan TDL terutama bahan kebutuhan pokok.
"Ada kenaikan tapi tentu saja kita jaga agar tidak ada pengaruh ikutan terutama kepada harga bahan pokok. Itu harus terus dipantau," katanya.
Pemerintah rencananya akan mulai memberlakukan TDL baru mulai Juli 2010 dengan kenaikan sebesar rata-rata 10 persen.
Sementara itu mengenai antisipasi dampak krisis di Eropa, Hatta mengatakan, pemerintah mengantispasi dampak buruk krisis Eropa melalui langkah jangka pendek maupun jangka panjang.
Langkah jangka pendek misalnya dengan mempersiapkan RUU tentang Jaring Pengaman Sektor Keuangan dan RUU tentang Otoritas Jasa Keuangan.
"Kita tidak ingin ada dampak negatif karena ekspor kita ke Eropa cukup besar yaitu sekitar 13 persen dari total ekspor," katanya.
Ia menyebutkan, sejauh ini tidak ada gangguan berarti menyusul adanya krisis ekonomi di Eropa.
Sementara untuk langkah jangka panjang, Hatta menyebutkan, Indonesia harus terus memperkuat struktur industri dan ekonomi.
"Kita harus memperkuat daya tahan perekonomian secara eksleuruhan, jaga inflasi, mempertahankan daya beli masyarakat tinggi, dan memperluas pasar domestik. Intinya daya tahan ekonomi kuat sehingga ketika ada gangguan ekonomi termasuk ekspor, kita tak terpengaruh," katanya. (A039/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010