Jakarta (ANTARA News) - "Les Bleus", juara Piala Dunia 1998, terancam pecah sehinga Presiden Nicolas Sarkozy bereaksi keras dan meminta agar tim itu tenang dan menyelesaikan pertandingan penyisihan grup melawan tuan rumah Afrika Selatan.
Aksi boikot latihan Minggu dipicu dipulangkannya pemain andal Nicolas Anelka sehari sebelumnya setelah ia bertengkar dengan pelatih Raymond Domenech di kamar ganti.
Pertengkaran itu diberitakan media Prancis, sehingga para pemain menyebutkan ada "penghianat" dalam tim mereka dan akibatnya Anelka dipulangkan karena tidak mau minta maaf.
Pada sesi latihan, di lapangan yang disebut sebagai "Lapangan Impian", terjadi insiden amat ironis ketka kapten Patrice Evra cekcok dengan pelatih fisik Robert Duverne.
Domenech berusaha memisahkan mereka, tetapi tidak berhasil bahkan Duverne berang dan melemparkan "stopwatch" ke tanah dan meninggalkan tempat itu.
"Mereka tidak mau latihan, ini merupakan skandal," kata direktur tim dan direktur manajer FFF Jean-Louis Valentin, yang juga meninggalkan lapangan.
"Ini merupakan skandal bagi Prancis, bagi generasi muda yang datang ke sini menyaksikan mereka latihan. Saya mundur, saya mundur dari federasi. Tidak ada lagi yang akan saya lakukan di sini. Saya akan pulang ke Prancis," katanya.
Para pemain, seperti dilaporkan Reuters, berjalan ke arah bus mereka, membawa slogan tim yang berbunyi, "Semua bersama-sama menuju impian Biru baru."
Para pemain pun mengeluarkan pernyataan yang berbunyi, "Kami menyesalkan insiden yang terjadi pada babak kedua melawan Meksiko tetapi kami lebih menyesalkan kejadian itu terjadi pada grup kita, padahal ini merupakan inti kehidupan kompetisi. Para pemain dengan suara bulat menentang keputusan Federasi Sepak Bola Prancis yang mengeluarkan Nicolas Anelka."
Presiden Prancis Nicolas Sarkozy amat prihatin dengan kejadian itu dan meminta Menteri Olah Raga Roselyne Bachelot memperpanjang kunjungannya di Afrika Selatan dan berbicara dengan kapten, pelatih serta direktur pelaksana Federasi Sepakbola Prancis (FFF) Jean-Louis Valentin, untuk menenangkan situasi sebelum laga akhir pada Grup A melawan tim tuan rumah.
Menpora Prancis mengatakan amat menyesalkan terjadinya insiden yang memalukan negara itu, demikian pula komentar Menteri Ekonomi Christine Lagarde yang juga mantan anggota tim renang nasional.
"Saya sangat terkejut. Saya terkejut karena saya juga mengenakan warna nasional Prancis. Dan saat anda mengenakan warna Prancis, ada tambahan tanggung jawab yang harus dipikul," katanya kepada televisi LCI.
"Tanggung jawab pertama adalah menjadi yang terbaik dalam olah raga dan menjadi panutan karena anda disaksikan orang-orang. Ada anak-anak dan pemuda yang melihat anda sebagai panutan," katanya.
Beberapa mantan bintang sepakbola Prancis juga menyesalkan insiden tersebut.
"Ini tidak bisa ditolerir. Sama sekali tidak profesional," kata Emanuel Petit, mantan bintang Prancis yang menyumbang gol bagi kemenangan Prancis atas Brazil pada final Piala Dunia 1998 kepada televisi France 2.
"Sungguh menyedihkan, memalukan," kata mantan pesepakbola lain, Alain Giresse.
Bixente Lizarazu, pemain tim Prancis saat memenangi Piala Dunia 1998 dan kejuaraan Eropa 2002, menyatakan hal senada.
"Tak ada yang tenang dalam tim, semua meluapkan emosi. Ini menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas tim Prancis. Ini masalah serius," katanya kepada radio RTL.
Nicolas Anelka dipulangkan setelah mempertanyakan kepada Domenech pada babak kedua ketika mereka kalah 0-2 atas Meksiko, Kamis, di Polokwane, yang membuat Prancis berada di ujung tanduk pada babak penyisihan grup.
Menepis Anggapan
Prancis selama ini dianggap sebagai salah satu negara paling kuat dalam cabang sepak bola, memenangi Piala Dunia ketika sebagai tuan rumah pada 1998 dan runner-up di bawah Italia pada 2006, ketika event itu terakhir diadakan di Jerman.
Ketika Prancis lolos ke putaran final Piala Dunia, setelah kasus ?tangan? Thierry Henry yang menhebohkan pada playoff lawan Irlandia, Domenech sebenarnya sudah mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak.
Prancis yang dijejali paling banyak pemain kondang, mulai dari Arsenal, Manchester United, Xhelsea, Real Madrid, Barcelona sampai Bayern Munchen, disebut-sebut kurang motivasi untuk tampil di Piala Dunia.
Sejak tim itu tersingkir pada babak pertama Euro 2008, Domenech yang kelahiran Lyon pada 24 Januari 1952, sudah diragukan kemampuannya. Ketika tim Biru itu lolos ke Piala Dunia 2010, pelatih itu semakin tidak populer.
Ia dinilai tidak mampu mengeksploatasi sumber daya mausia yang dimiliki serta gaga; memunculkan kebanggaan di dada pemain sebagai pembawa bendera negara.
Aime Jacquet, pelatih yang membawa negara itu menjuarai Piala Dunia 1998, meminta agar Domenech mengundurkan diri. ?Jika tidak mundur, Domenech sama sekali tidak tahu malu,? katanya ketika itu.
Tapi Domenech semakin tertantang. ?Saya belum pernah mengundurkan diri. Semakin besar tantangan, saya semakin termotivasi,? katanya.
Anelka ketika itu mengatakan, jika ingin sukses di Afrika Selatan, Prancis harus bermain menyerang, sebab itu adalah merupakan pertahanan yang baik. ?Karena kami memiliki segalanya. Sekarang tergantung pemain dan pelatih, apakah mau melakukannya.
Mungkin Anelka mengulangi kata-kata itu kepada Domenech di kamar ganti, sekaligus mengritik pelatih itu, tetapi ternyata ?pemimpin tidak pernah berbuat salah? sehingga ia sendiri yang terdepak.
Insiden tim Prancis ini kelihatannya menjadi momentum untuk menepis anggapan, bahwa "Les Blues" bukanlah tim paling kuat,--kendati ditaburi bintang,-- tetapi mereka tetap bersinar berhasil atau tidak dan selalu mendapat kritikan.
(A008/S005/S026)
Oleh A.R. Loebis
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010