"Sampai 10 Juni 2010, Rupiah terapresiasi 1,71 persen," kata Anny di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan Jalan Wahidin Raya Jakarta, Senin.
Menurut Anny, penguatan/apresiasi Rupiah terhadap dolar AS lebih tinggi dibanding dengan yang terjadi di Singapura karena mata uang negara itu mengalami depresiasi hingga 0,03 persen.
Sementara itu mata uang negara lain mengalami apreasiasi lebih besar seperti Thailand yang mencapai 2,72 persen dan Malaysia sebesar 3,62 persen.
Kemenkeu juga mencatat, tingkat inflasi pada Mei 2010 mencapai 0,29 persen, inflasi tahunan (year on year) pada Mei 2010 mencapai 4,16 persen, dan inflasi tahun kalender pada Mei 2010 mencapai 1,44 persen.
Anny juga mengungkapkan bahwa hingga 15 Juni 2010, indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI menguat hingga 11,7 persen.
Menurut dia, jika dibanding dengan bursa saham negara lain, IHSG BEI lebih baik karena Jepang mengalami minus 7,2 persen, Hong Kong minus 8,3 persen, Korea Selatan minus 0,4 persen.
Sementara itu, arus modal keluar melalui surat utang negara (SUN) hingga Mei 2010 tercatat sebesar Rp4,04 triliun.
"Namun sampai 15 Juni 2010, arus modal masuk melalui SUN lebih besar yaitu mencapai Rp5,23 triliun," kata Anny.
Sementara itu mengenai rencana defisit RAPBN 2011, Anny yang juga masih menduduki posisi Dirjen Anggaran Kemenkeu mengatakan, hingga saat ini pemerintah masih memegang angka 1,7 persen seperti yang dimuat dalam Pokok-pokok Kebijakan Fiskal 2011.
"Tapi nanti kita lihat lagi asumsi itu. Posturnya nanti diajukan di Nota Keuangan dan RAPBN 2011," katanya.
Sementara mengenai efektivitas belanja negara, Anny mengatakan, prinsipnya belanja selama 2010 akan diefektifkan termasuk belanja daerah.
"Kita juga ingin instansi lain melakukan monitoring lebih baik termasuk belanja daerah," katanya.
(T.A039*S034/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010