Pertanyaan besar yang belum terjawab adalah seberapa terbuka ekonomi saat ini dan berapa banyak orang di luar sana

New York (ANTARA) - Wall Street melemah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), namun S&P 500 masih mendekati rekor penutupan tertinggi yang dicatat dalam beberapa sesi berturut-turut, karena investor mempertimbangkan data ekonomi AS yang lebih kuat terhadap kegelisahan tentang laporan laba kuartalan yang akan datang.

Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 96,95 poin atau 0,29 persen, menjadi ditutup pada 33.430,24 poin. Indeks S&P 500 turun 3,97 poin, atau 0,10 persen, menjadi berakhir di 4.073,94 poin. Indeks Komposit Nasdaq berkurang 7,21 poin atau 0,05 persen, menjadi menetap di 13.698,38 poin.

Lima dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor teknologi merosot 0,38 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor utilitas menguat 0,53 persen, merupakan kelompok dengan kinerja terbaik.

Penurunan terjadi sehari setelah reli yang mengirim Indeks Dow Jones dan Indeks S&P 500 ke rekor tertinggi. Investor menilai keuntungan bertahan di sektor-sektor yang sensitif secara ekonomi seperti industri dan material yang telah memimpin kenaikan harga-harga.

Baca juga: IHSG ditutup menguat, pasar apresiasi proyeksi cadangan devisa RI

Saham banyak perusahaan yang sensitif secara ekonomi diklasifikasikan sebagai value stocks. Namun saham-saham pertumbuhan atau growth stocks yang mencakup banyak saham di sektor jasa teknologi dan komunikasi telah menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Lowongan kerja AS naik pada Februari ke level tertinggi dua tahun saat perekrutan meningkat. Data tersebut datang setelah laporan penggajian yang kuat pada Jumat (2/4/2021) dan laporan pada Senin (5/4/2021) yang menunjukkan aktivitas di sektor jasa naik ke rekor tertinggi pada Maret.

Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan global menjadi 6,0 persen tahun ini dari 5,5 persen, tingkat yang tidak terlihat sejak tahun 1970-an.

Tetapi dengan musim laporan laba mendatang yang diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan laba S&P sebesar 24,2 persen dari setahun sebelumnya, menurut data Refintiv, investor mungkin menunggu untuk melihat seberapa kuat hasil sebenarnya.

Baca juga: Bursa Eropa capai rekor tertinggi, terkerek optimisme pemulihan global

"Pertanyaan besar yang belum terjawab adalah seberapa terbuka ekonomi saat ini dan berapa banyak orang di luar sana," kata Wakil Presiden Senior Wedbush Securities, Stephen Massocca, di San Francisco.

"Harga-harga sekuritas ini mencerminkan antisipasi bahwa ekonomi akan kembali normal lebih cepat daripada yang diperkirakan dan tidak jelas di mana kita berada dalam proses itu."

Langkah-langkah stimulus fiskal dan moneter AS yang besar dan peluncuran vaksin yang cepat telah mendorong Indeks S&P 500 dan Indeks Dow Jones ke level rekor, dengan indeks volatilitas CBOE mundur ke posisi terendah sebelum pandemi.

Baca juga: Saham China ditutup rugi, terseret turunya saham pariwisata dan miras

Meski demikian beberapa investor tetap khawatir tentang kemungkinan kenaikan inflasi dan usulan untuk pajak yang lebih tinggi. Selain itu, negara lain juga masih kesulitan menahan Virus Corona. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan pada Selasa (6/4/2021) bahwa negara tersebut menghadapi gelombang ketiga yang sangat serius.

Snap Inc melonjak 5,12 persen setelah Atlantic Equities meningkatkan peringkatnya pada saham pemilik aplikasi perpesanan foto itu menjadi overweight dari "netral".

Norwegian Cruise Line Holdings Ltd bertambah 4,61 persen setelah mengatakan akan mulai berlayar di luar Amerika Serikat dari Kepulauan Karibia dan Yunani pada Juli, memulai kembali perjalanan setelah jeda selama setahun yang disebabkan oleh pandemi.

Baca juga: Bursa Australia ditutup untung, terkerek naiknya saham teknologi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021