Kabul (ANTARA News/AFP) - Insiden kekerasan yang melibatkan bom rakitan di Afghanistan meningkat 94 persen dalam setahun, demikian laporan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Sabtu.

Sekjen PBB, Ban Ki-moon, mengatakan,"insiden keamanan" mengalami peningkatkan berarti di Afghanistan.

Peningkatan insiden kekerasan itu terjadi saat pasukan pimpinan Amerika Serikat mencapai kemajuan di selatan dan gerakan perlawanan tumbuh di wilayah tenggara dan timur Afghanistan, katanya.

"Meningkatnya insiden yang melibatkan penggunaan bom rakitan ini merupakan kecenderungan mengkhawatirkan. Dalam empat bulan pertama 2010 saja, terjadi peningkatan 94 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," sebut laporan ke Dewan Keamanan PBB itu.

Banyak personel pasukan gabungan dari 43 negara itu tewas akibat peledak buatan rumahan IED yang ditanam para anggota Taliban.

IED yang biasa dipakai Taliban adalah bom kasar yang diledakkan melalui kendali jarak jauh atau ranjau piring (lempeng tekanan) yang meledak jika terinjak atau terlindas.

Bom rakitan yang ditanam di jalanan itu telah merenggut banyak nyawa pasukan asing di Afghanistan.

Menurut laporan Sekjen PBB, sepertiga insiden yang terjadi di Afghanistan tahun ini disebabkan oleh bom rakitan ini sedangkan serangan bunuh diri terjadi sekitar tiga kali dalam sepekan.

Laporan itu lebih lanjut menyebutkan, serangan jibaku (bunuh diri) yang melibatkan perencanaan lebih rumit naik dua kali lipat dari tahun lalu menjadi sekitar dua kali sebulan.

"Pergeseran ke serangan jibaku ini menunjukkan perkembangan kemampuan jaringan `teroris` Al Qaida setempat," kata laporan itu.

Pembunuhan warga sipil oleh kelompok perlawanan untuk mengendalikan kependudukan perkotaan juga meningkat.

Peningkatannya mencapai 45 persen dari tahun lalu atau tujuh insiden dalam sepekan. Sebagian besar terjadi di Afghanistan bagian selatan dan tenggara.

Tentara NATO dan pasukan keamanan Afghanistan melancarkan operasi penumpasan terhadap para anggota kelompok perlawanan di Kota Kandahar selama berminggu-minggu untuk memulihkan kewenangan pemerintah pusat di sana.

Pentagon pekan ini menyatakan pasukan pimpinan Amerika Serikat mencapai kemajuan dalam melawan Taliban tapi pencapaian itu dibayangi kekerasan di propinsi selatan dan gambaran suram liputan media tentang perang itu.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama memerintahkan tambahan pasukan dari yang saat ini diperkirakan 142.000 orang menjadi 150.000 pada Agustus sebelum ditarik pada 2011.

Berdasarkan perhitungan kantor berita Prancis AFP mengutip angka laman mandiri icasualties.org, sebanyak 275 tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini.

Pada 2009, 520 tentara NATO tewas di Afghanistan. Tahun 2009 itu disebut tahun paling mematikan bagi pasukan asing sejak Amerika Serikat menyerbu negara itu untuk mendepak Taliban pada 2001.

Hingga pertengahan Juni 2010, jumlah tentara asing yang tewas di Afghanistan sejak invasi 2001 itu mencapai 1.831 orang.

Taliban yang berkuasa sejak 1996 mengobarkan perlawanan terhadap pasukan asing dan pasukan pemerintah Afghanistan sejak digulingkan dari kekuasaan oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001.

Taliban digulingkan karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin yang dituduh bertanggung jawab atas serangan 11 September 2001 di New York dan Washington DC yang menewaskan sekitar 3.000 orang.(*)
(B002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010