"Penyelenggaraan FDS kali ini tentu membutuhkan biaya yang sangat besar dari APBD. Lalu sampai kapan APBD dipakai untuk membiayai FDS? Tidak bisakah FDS membiayai diri sendiri?," tanya Gubernur Suebu dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Asisten I Setda Provinsi Papua, Eliezer Renmaur, dalam pembukaan FDS di Pantai Kalkhote, tepi Danau Sentani, Jayapura, Sabtu.
Gubernur Suebu mengimbau panitia penyelenggara kegiatan FDS mengubah model kegiatan dengan melibatkan orang-orang profesional dan swasta agar ajang promosi seni dan budaya masyarakat sekitar Danau Sentani itu tidak terus bergantung pada APBD, tapi lebih mandiri.
Sehubungan dengan itu, Suebu menyarankan agar penyelenggara FDS dan berbagai kegiatan festival budaya di seluruh kabupaten/kota se Papua mencontohi program pengembangan pariwisata modern yang dilakukan di sejumlah negara dan provinsi di Indonesia seperti Bali.
Ia mengatakan, pengembangan pariwisata modern tidak sekedar berbicara tentang promosi wisata semata namun bagaimana menjual apa yang menjadi potensi kekayaan wisata masyarakat setempat.
"Selama penyelenggaraan FDS selama tiga tahun sejak 2008, kita baru sebatas melakukan promosi wisata. Potensi yang ada harus dijual," kata orang nomor satu di Provinsi Papua itu.
Lebih lanjut Suebu mengatakan, ajang FDS kiranya mampu memberikan sesuatu yang berarti bagi masyarakat adat di kampung-kampung sekitar Danau Sentani, bukan sekedar sebuah euforia belaka.
"Harus ada hasil yang diperoleh masyarakat adat di setiap kampung sekitar Danau Sentani. Kepuasan penyelenggaraan FDS bukan dilihat dari kesuksesan semata, tapi berapa rupiah yang diperoleh oleh masyarakat dan Pemda Jayapura," jelas Suebu.
Ia juga mengharapkan pengelolaan pariwisata di Papua saling mendukung dan tidak berjalan sendiri-sendiri seperti FDS, Festival Budaya Asmat, Festival Lembah Baliem Wamena, Festival Kamoro Kakuru Mimika dan lain-lain.
Jika semua festifal itu bisa dipadukan maka bisa dijual menjadi satu peket wisata Papua yang akan mendatangkan banyak wisatawan.
"Ini mimpi yang hendaknya bisa menjadi kenyataan jika dikerjakan serius akan memberikan dampak yang sangat besar bagi pengembangan pariwisata Papua," katanya.
Staf Ahli Menbudpar
Kegiatan FDS ke-III tahun 2010 pada Sabtu pagi dibuka oleh Staf Ahli Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Bidang Pranata Sosial, Surya Yoga mewakili Menbudpar, Jero Wacik yang berhalangan hadir.
Pembukaan kegiatan FDS ke-III ditandai dengan pemukulan tifa bersama-sama oleh Surya Yoga, Anggota Komisi X DPR RI Hj Otje Djunjunan, Asisten I Setda Provinsi Papua Eliezer Renmaur dan Bupati Kabupaten Jayapura Habel Melkias Suwae.
Menbudpar, Jero Wacik dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Surya Yoga berharap melalui ajang FDS yang berlangsung selama lima hari mulai Sabtu (19/6) hingga Rabu (23/6) maka dapat membuktikan Papua semakin dikenal dan dicintai oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia.
Jero Wacik juga berpesan agar kegiatan ini tetap dijaga eksistensinya, semakin berkembang dan semakin maju di masa mendatang.
Sedangkan Bupati Kabupaten Jayapura, Melkias Habel Suwae mengatakan tujuan digelarnya ajang FDS untuk mempromosikan potensi wisata sebagai pilihan kebijakan dalam membangun daerah sekaligus menggali, mengangkat dan melestarikan budaya masyarakat Sentani.
Lebih dari itu, kata Habel, FDS menjadi media memperkenalkan budaya dan adat-istiadat suku-suku bangsa di Papua dan Indonesia dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI.
"Kita memang beda, tapi satu dan terus bersatu dalam pengabdian kita terhadap bangsa dan negara Indonesia," kata Habel.
Panitia penyelenggara melaporkan, FDS tahun ini diikuti peserta dari 19 distrik di Kabupaten Jayapura ditambah lima kabupaten di Papua yaitu Mamberamo Raya, Mamberamo Tengah, Asmat, Biak Numfor dan Sarmi serta satu kabupaten dari Provinsi Papua Barat yaitu Raja Ampat.
Turut memeriahkan yaitu 10 paguyuban Nusantara di Kabupaten Jayapura dan grup seni budaya pemerintah dan masyarakat yang berjumlah 101 grup dengan menampilkan 126 atraksi.
Kegiatan utama selama penyelenggaraan FDS yaitu pagelaran seni budaya, pameran dan tour wisata di sekitar Danau Sentani.
Danau Sentani merupakan danau terbesar di Papua dengan luas sekitar 110 kilo meter persegi dan memiliki 22 pulau di dalamnya dan dihuni 24 komunitas kampung (Ondoafi).
(T.E015*KR-ALX/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010