Roma (ANTARA) - Para pemimpin keuangan dunia pada Rabu (7/4) akan membahas bagaimana mengoordinasikan kebijakan untuk mencegah ekonomi mereka yang dilanda virus pulih kembali dari resesi pada kecepatan yang sangat berbeda, kata para pejabat menjelang pertemuan virtual.
Ketika para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 20 negara dengan perekonomian teratas dunia mengadakan konferensi video, tanggapan yang tidak merata terhadap krisis COVID-19 yang sedang berlangsung akan menjadi agenda utama, kata pejabat dari Italia, yang mengetuai G20 tahun ini.
Italia mengadakan pengarahan menjelang pertemuan Rabu dan para pejabatnya mengatakan kelompok itu akan menegaskan kembali kebutuhan untuk tidak melonggarkan langkah-langkah stimulus terlalu cepat dan membahas bagaimana membantu negara-negara miskin yang didera utang.
Berbeda dengan pertemuan pertama kepresidenan Italia pada Februari, pertemuan kali ini akan dilanjutkan dengan komunike resmi.
"Sinyal pertama tidak merata, beberapa perekonomian (negara) meningkat dengan baik dan lainnya tertinggal, ini adalah sesuatu yang mengaburkan prospek ekonomi global," kata seorang pejabat.
Tingkat inokulasi COVID sangat bervariasi, dengan Inggris dan Amerika Serikat jauh melampaui kebanyakan negara Uni Eropa, Asia, dan terutama Afrika.
"Saat ini instrumen utama kebijakan ekonomi adalah vaksinasi," kata pejabat itu, seraya mencatat bahwa Amerika Serikat juga mengadopsi stimulus fiskal besar-besaran, yang diperkirakan para analis akan mengarah pada pemulihan yang lebih cepat.
"Kami sadar bahwa tidak mungkin bagi beberapa negara untuk keluar dari krisis ini dan yang lainnya tidak ... jadi G20 adalah tempat terbaik untuk membahas aspek-aspek ini dan mencari solusi," tambahnya.
G20 akan mempertahankan komitmen untuk mencapai kesepakatan tentang tingkat pemajakan perusahaan minimum dan pemajakan terhadap raksasa internet pada pertengahan tahun, dan juga akan fokus pada keringanan utang untuk negara-negara miskin, kata para pejabat tersebut.
Untuk negara-negara tersebut, salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah memperpanjang penangguhan biaya pembayaran utang yang saat ini berlaku hingga Juni.
Namun, tidak ada proposal di tingkat G20 untuk memperluas kerangka kebijakan restrukturisasi utang dengan inisiatif baru untuk mengampuni utang bagi negara-negara yang kesulitan membayar, kata para pejabat itu.
Baca juga: Pemimpin G20 berupaya bantu negara miskin pasca-COVID
Baca juga: G20 diharapkan bersatu hadapi pandemi dan tantangan dunia lainnya
Sumber: Reuters
Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021