Kabul (ANTARA News/AFP) - Dua tentara NATO tewas akibat serangan pejuang di Afghanistan selatan pada Jumat, menyebabkan peningkatan jumlah korban pasukan asing di negara terkoyak perang itu.

Prajurit itu, yang kebangsaannya tak diumumkan, merupakan bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO, yang berjumlah sekitar 142.000 tentara di Afghanistan dan meningkat menjadi 150.000 pada Agustus.

Kematian mereka menjadikan 271 jumlah tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini, kata hitungan AFP berdasarkan atas angka laman mandiri icasualties.org.

Pada tahun lalu, 520 tentara NATO tewas di Afghanistan dalam yang kemudian disebut tahun paling mematikan bagi pasukan asing sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat menggulingkan Taliban pada 2001.

Peningkatan jumlah korban tewas adalah berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang membuat pemilih semakin putus asa oleh korban perang, yang tampaknya panjang dan tak berujung.

Pentagon pekan ini menyatakan pasukan pimpinan Amerika Serikat membuat kemajuan dalam melawan Taliban, tapi "dibayangi" kekerasan di propinsi selatan dan yang disebut gambaran terlalu suram perang, yang dibentuk liputan media.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama memerintahkan penambahan pasukan ke negeri itu, yang akan mencapai angka puncak 150.000 orang pada tahun ini, sebelum ditarik pada 2011.

Hingga tengah Juni, sejumlah 1.831 tentara asing tewas di Afghanistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat untuk menumbangkan pemerintah Taliban pada akhir 2001.

Korban terbanyak dialami tentara Amerika Serikat, dengan 1.115 orang, diikuti Inggris dengan 298 orang, Kanada (147), Jerman (43), Prancis (43), Denmark (33), Spanyol (28), Italia (24), Belanda (24) dan negara lain (78).

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban itu, yang memperluas perlawanan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah yang sebelumnya damai.

Banyak di antara tentara dari 43 negara itu tewas akibat peledak buatan rumahan IED, yang ditanam pejuang Taliban.

Taliban lebih kuat daripada yang diperkirakan NATO, namun sekutu di Afghanistan itu akan mencapai kemajuan, baik secara ketentaraan maupun politik, pada tahun ini, kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada pekan kedua Juni.

"Kita harus jujur dan mengatakan bahwa mereka tampaknya lebih kuat daripada yang kita perkirakan ketika gerakan asing mulai digelar pada 2001," kata Rasmussen kepada lembaga penyiaran Kanada CBC dalam wawancara telepon.

Perlawanan Taliban terhadap pemerintah dan 130.000 tentara asing pimpinan Amerika Serikat saat ini pada tingkat mematikan.

Kelompok gari keras itu bersumpah melancarkan upaya baru dengan serangan terhadap diplomat, anggota parlemen dan pasukan asing.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)

(Uu.B002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010