Kami melihat tuduhan adanya rekayasa keterlaluan

Jakarta (ANTARA) - Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) mengecam sekelompok orang yang menganggap bahwa dua kasus terorisme yakni bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan penyerangan di Mabes Polri merupakan hasil rekayasa.

"Kami melihat tuduhan adanya rekayasa keterlaluan. Itu pemikiran yang ngawur. Mana mungkin teror bisa direkayasa," kata Direktur Eksekutif Lemkapi Dr Edi Hasibuan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Edi meminta masyarakat untuk tidak menyampaikan informasi yang menyesatkan karena dapat membingungkan masyarakat.

"Semua bukti sangat jelas. Korbannya juga sangat jelas. Peristiwanya juga sangat jelas. Mana mungkin polisi bisa merekayasa," kata mantan anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) ini.

Baca juga: DN PIM tidak setuju skeptisme warga atas aksi terorisme

Dia mengajak masyarakat agar menyamakan pandangan bahwa terorisme adalah musuh negara dan masyarakat.

"Jangan kita biarkan teror terus bermunculan dan menimbulkan ketakutan di masyarakat. Kami ajak semua masyarakat melawan teror demi keamanan negeri kita" kata pakar hukum kepolisian dari Universitas Bhayangkara Jakarta ini.

Dia juga menilai Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri dan seluruh jajaran Polri telah bekerja keras melakukan penegakan hukum dalam aksi teror.

"Mari kita dukung dedikasi dan loyalitas Polri yang siang malam bekerja demi melindungi masyarakat dari berbagai ancaman teror," katanya.

Personel kepolisian dengan rompi anti peluru dan senjata laras panjang berjaga di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3/2021). Mabes Polri memperketat penjagaan pascaserangan dari terduga teroris yang tewas di tempat usai baku tembak. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.

Baca juga: Densus 88 amankan seorang wanita muda di Sukabumi

Sebelumnya, tindakan teror berupa bom bunuh diri terjadi di depan gerbang Gereja Katedral Hati Yesus Maha Kudus, Kota Makassar, pada Minggu (28/3).

Kejadian itu menyebabkan dua pelaku teror tewas di tempat, sementara 19 orang luka-luka.

Hingga kini, polisi telah menangkap 23 orang terkait dengan bom bunuh diri yang dilakukan oleh pasangan suami isteri itu.

Mereka ditangkap di Makassar sebanyak 13 orang, lima orang ditangkap di Jakarta, Bekasi dan Bima, Nusa Tenggara Barat.

Baca juga: Bamsoet: Masih ada masalah "patogenik" terkait ideologi negara

Pelaku yang diduga menjadi perakit bom ikut ditangkap.

Pada Rabu (31/3), tindakan teror berupa penembakan oleh seorang perempuan terjadi di halaman Mabes Polri, Jakarta.

Pelaku, yang diyakini beraksi seorang diri (lone wolf) tewas tertembak di lokasi kejadian.

Polisi juga telah menangkap seseorang di Aceh karena menjual senjata via daring kepada wanita yang menyerang Mabes Polri.

Baca juga: Densus 88 sita buku dari rumah singgah terduga teroris di Karawang

Pewarta: Santoso
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021