Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyambut rombongan delegasi dari "Royal College of Defense Studies" (RCDS) di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Jumat pagi.

"Kami sangat sadar akan pentingnya RCDS. Karena dengan kunjungan ini, kita bisa bertukar pikiran mengenai masalah-masalah keamanan dan juga tantangan yang dihadapi Indonesia," ujar Menlu Marty saat menerima delegasi RCDS.

Pada kesempatan itu, Menlu RI, yang didampingi oleh ketua delegasi RCDS Wakil Laksamana Charles Style dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Martin Hatfull, memaparkan masalah internasional yang sedang bergulir serta sejarah dan kebijakan luar negeri Indonesia kepada 15 anggota delegasi RCDS.

"Kami datang untuk memahami Indonesia, pentingnya terhadap kawasan dan perannya di dalam kawasan," kata ketua delegasi RCDS Wakil Laksamana Charles Style, selepas acara penyambutan, yang ada sesi tanya jawab antara Menlu dengan delegasi.

Dalam acara penyambutan, Menlu Marty menjelaskan masalah keamanan yang sedang menjadi tren secara global, yaitu masalah keamanan non-tradisional.

Bila dilihat di media, kata Marty, perang terjadi bukan antarnegara, berbeda dengan masa perang dingin.

Ia memaparkan isu keamanan sekarang sudah mengalami pergeseran dan trans-negara, seperti perubahan iklim, lingkungan, dan terorisme. "Untuk menghadapi ini, kita harus merespons dengan menjalin kerja sama internasional, yang harus disepakati secara nasional," katanya.

Selain itu, Marty memaparkan tantangan globalisasi media massa yang "real-time" dan selalu terkini, yang menyebabkan sempitnya waktu untuk melakukan analisa dan mengambil keputusan walau informasi belum lengkap dan opini publik sudah mulai terbentuk.

"Royal College of Defense Studies" (RCDS) adalah bagian dari Akademi Pertahanan Inggris yang mempersiapkan pejabat-pejabat pemerintah atau pejabat senior militer dari Inggris dan negara lain untuk menjabat di organisasi-organisasi terhormat di negara mereka.

Kunjungan studi RCDS ke Indonesia dilaksanakan pada 12-19 Juni 2010, setelah itu melanjutkan studi ke Singapura.

(T.KR-IFB/D007/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010