Solo (ANTARA News) - Jumlah lisensi usaha waralaba asing di Indonesia mencapai 980 jenis dengan omset penjualan sekitar Rp100 triliun per tahun, diharapkan menjadi perhatian karena bila tidak dibendung dikhawatirkan melemahkan usaha domestik.
Dari total omset itu 60 persennya dikuasai oleh pengusaha dalam negeri, sedangkan 40 persennya dikantungi para pengusaha luar negeri, kata Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin Indonesia Amir Karamoy saat peresmian restoran siap saji Toni Jack's Indonesia di Solo, Jumat.
"Melalui usaha restoran waralaba seperti ini kita harus bayar lisensi mencapai 347 juta dolar Amerika Serikat per tahunnya, dan pembayaran lisesni ini hampir setiap tahun terus naik rata-rata mencapai tujuh persen," katanya.
"Apa yang dilakukan restoran siap saji Toni Jack`s yang menggandeng salah satu perusahaan tekstil terbesar di Solo yaitu PT Sri Rejeki Isman (Sritex) untuk membuka usaha waralaba nasional ini sangat tepat untuk membendung masuknya usaha sejenis dari luar negeri," paparnya.
PT Sritex yang diresmikan tahun 1992 diatas tanah seluas 65 hektar menyerap tenaga kerja 20.000 orang dengan investasi Rp300 miliar, kata Presiden Komisaris PT Sritex H.M.Lukminto yang perusahaannya tengah merambah bisnis makanan.
PT Sritex dalam usahanya sebenarnya juga sudah memiliki Restorant Diamond dan sekarang dikembangkan lagi melalui restorant siap saji dengan Toni Jack`s Indonesia.
Restorans Toni Jack`s Indonesia yang berada di Solo adalah gerai ke-13 dan dalam tahun ini akan ditambah lagi enam gerai di Jakarta, Surabaya, dan Malang, kata Dirut PT Toni Jack`s Indonesia Didit Permana.
Pembukaan gerai baru di sejumlah kota tersebut diperkirakan akan menyedot investasi Rp3,5 sampai Rp4 miliar dan diharapkan selesai tahun ini.
(ANT/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010