Denpasar (ANTARA News) - Wisatawan mancanegara yang berbaur dengan masyarakat lokal, tampak menyaksikan kesenian Gandrung dari sekaa atau kelompok Pura Majapahit Banjar Monang Maning Kota Denpasar di arena Pesta Kesenian Bali ke-32 di Denpasar, Kamis.
Para wisatawan tersebut terlihat kagum dengan pementasan jenis kesenian yang sudah mulai langka dipertunjukkan di hadapan penonton di Pulau Dewata itu.
"Saya sangat kagum dengan alunan gamelan gandrung yang dibawakan para penabuh yang begitu kompak dalam sebuah pergelaran," kata Yuriko Umi, wisatawan asal Jepang.
Ketut Mandra, koordinator sekaa Gandrung itu mengatakan, Gandrung awalnya merupakan sebuah tarian yang bersifat sosial, namun sekarang ini sudah beralih menjadi tarian wali (disakralkan) yang biasanya dipentaskan tiga hari setelah upacara "piodalan" di Pura Majapahit Denpasar.
" Seni Gandrung telah ada sejak 1931, dan mulai menggeliat pada awal tahun 1946 lewat pementasan hampir di seluruh pelosok desa di Pulau Dewata. Kebangkitan seni langka itu mulai mendapat sambutan hangat dari masyarakat yang pada tahun itu menjadi tontonan primadona," katanya.
Ia mengatakan, pertama kali kesenian Gandrung Banjar Monang Maning dibina oleh seorang tokoh kesenian I Gusti Putu Griya dan I Ketut Bina dari Banjar Buagan, Denpasar.
"Di bawah bimbingan kedua maestro itu, Gandrung Monang Maning mengalami masa keemasan hingga sekarang," kata dia.
Ditinjau dari fungsinya, menurut Mandra, kesenian Gandrung bersifat sosial serta sebagai "ritual" penolak bala.
"Kepercayaan masyarakat setempat, kesenian Gandrung sebagai penolak bala atau unsur kebatilan," ucapnya.
Mandra mengakui perkembangan kesenikan Gandrung lambat laun mengalami masa kemunduran, akibat dari perkembangan berbagai bentuk kesenian, seperti penabuh sudah berusia lanjut dan kurangnya pembinaan yang teroganisasi.
Di samping itu, kata dia, kegiatan masyarakat mulai disibukan oleh aktivitas yang berhubungan dengan mata pencaharian.
"Hingga tahun 1980 kesenian Gandrung ini berubah menjadi kesenian yang disakralkan, yakni hanya dipentaskan di Pura Majapahit Banjar Monang Maning Denpasar," ujarnya.
Mandra berharap para generasi muda mampu melaksanakan pembinaan secara berkesimnambungan guna mencapai suatu sasaran utama, yaitu menjaga dan melestarikan Gandrung serta menumbuhkan rasa cinta terhadap kesenian tersebut.
PKB merupakan ajang apresiasi seni dan budaya berlangsung selama sebulan hingga 10 Juli 2010. Kegiatan yang dipusatkan di Taman Budaya Denpasar itu setiap harinya mementaskan berbagai kesenian daerah, serta kesenian partisipasi dari tujuh negara, yaitu Amerika, Jepang, Belgia, Kanada, India, Swedia dan Korea.
(T.I020/P004/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010