Jakarta (ANTARA) - Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Al Chaidar mengatakan kurangnya ilmu pengetahuan agama dan keringnya nilai spiritual menyebabkan kelompok pemuda mudah terjebak dan terlibat aksi-aksi terorisme di Tanah Air.
"Dua hal itu sudah bisa sangat kondusif untuk kelompok teroris menjadi langgeng," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Secara sosiologis kekeringan spiritual terjadi karena situasi Indonesia yang sekuler dan liberal sehingga mengakibatkan kaum muda mengalami gejala kekeringan spiritual yang hebat.
Baca juga: Densus geledah rumah di Bantul usai penangkapan terduga teroris
Baca juga: Pendidikan dan deradikalisasi
Baca juga: Densus 88 tangkap dua terduga teroris di Kudus
Jika hal itu terus dibiarkan maka terorisme akan terus berkembang. Selain itu, Al Chaidar menilai faktor infrastruktur hukum juga masih tergolong lemah yang menyebabkan tindakan terorisme terus berlanjut.
Lebih jauh dari itu, masih adanya serangan-serangan terorisme di berbagai daerah Tanah Air tidak terlepas dari adanya ideologi transnasional wahabi takfiri yang masih berkembang di Indonesia.
Terakhir, kata dia, masalah politik dan demokrasi di Indonesia juga menjadi alasan bagi kelompok teroris untuk terus memerangi atau melancarkan aksinya di Tanah Air.
Sebelumnya, Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Listyo Sigit mengatakan terduga teroris berinisial ZA (25) yang melakukan penyerangan di Markas Besar (Mabes) Polri pada Rabu (31/3) sore berideologi radikal ISIS.
"Ini dibuktikan dengan postingan yang bersangkutan di sosial media," kata Kapolri.
Sebelum melakukan aksi teror di Mabes Polri, terduga teroris ZA diketahui sempat mengunggah sesuatu yang menunjukkan dukungan atau simpati terhadap ISIS.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021