Kisangani, Kongo (ANTARA News/Reuters) - Sejumlah penjaga perdamaian PBB Rabu mulai meninggalkan Republik Demokratik Kongo (DRC), sebagai bagian dari pengurangan kecil tapi simbolis tentara sebelum ulang tahun ke50 kemerdekaan negara itu pada 30 Juni.
Lebih dari 100 tentara dari batalion yang memiliki 458 tentara Senegal, yang ditempatkan di bagian timur negara itu bersama misi PBB MONUC, menjadi kelompok pertama yang pergi setelah tugas selama 15 bulan. Sisanya akan menyusul pada akhir bulan ini.
Alan Doss, kepala pasukan yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB pada 2000 itu, mengatakan pada Reuters, 30 Juni adalah kesempatan penting.
"Saya pikir kami juga mengakui MONUC telah berada di sini selama 10 tahun dan kami telah berkembang serta menyesuaikan diri," katanya.
Doss menyatakan negara Kongo mesti melakukan upaya untuk menstabilkan negara yang, sejak akhir perang saudara 1998-2003 yang telah menyebabkan lebih dari lima juta orang tewas, telah berjuang untuk mengakhiri pemberontakan di bagian timurnya dan di perbatasan utaranya.
"Kita dapat mendesak keluar kelompok bersenjata, tapi jika negara itu tidak muncul dengan polisi, keadilan, jalan, sekolah, maka hal itu tidak akan membuat perbedaan besar."
Mulai 1 Juli, MONUC akan diberi nama baru MONUSCO dan akan memusatkan perhatiannya pada perlindungan warga sipil. Misi itu telah berkomitmen untuk menarik sebanyak 2.000 tentaranya pada akhir Juni, tergantung pada situasi keamanan.
Pemerintah sebelumnya telah minta penarikan hampir 21.000 tentara MONUC -- pasukan terbesar PBB -- pada 2011, tapi mengatakan pada Mei lalu bahwa mereka puas dengan rencana segera bagi 2.000 tentara untuk pergi sebelum ulang tahun ke50 kemerdekaan negara itu dari penguasa kolonial Belgia.
Menurut Doss, MONUC telah mengusulkan wilayah lainnya bagi penarikan potensial. Wilayah itu mungkin di bagian barat negara itu yang kurang terpengaruh oleh konflik.
Ia menegaskan, komitmen PBB adalah untuk mengeluarkan dari negara itu 2.000 tentara, tanpa memberikan jumlah akhirnya.
Batalion Senegal itu ditempatkan di Kisangani, ibukota provinsi Orientale, tempatt pemberontak Uganda Lord`s Resistance Army (LRA) telah membunuh ratusan orang Kongo dalam beberapa bulan belakangan.
"Kekhawatiran terbesar kami sekarang adalah operasi terhadap LRA," kata Doss.
Kisangani akan tinggal tanpa penjaga perdamaian dan pendistribusian tentara akan disusun kembali untuk menjamin warga terlindungi, katanya.
Doss akan mundur pada akhir bulan ini, ketika Roger Meese, bekas duta besar AS di Kinshasa, mengambilalih jabatan itu. (S008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010