Prajurit itu, yang kebangsaannya tak diumumkan, adalah bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO, yang diperkirakan 142.000 tentaranya di Afghanistan akan meningkat menjadi 150.000 orang pada Agustus.
Pada pekan lalu, pasukan NATO menderita saat paling berdarah pada tahun ini ketika 30 tentara tewas, termasuk empat dari Amerika Serikat ketika Taliban menembak jatuh helikopter di propinsi Helmand di selatan.
Kekerasan, terutama terkait dengan perlawanan pimpinan Taliban, merenggut nyawa 266 tentara NATO sejak awal tahun ini, hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas laman mandiri icasualties.org.
Pada tahun lalu, 520 tentara NATO tewas di Afghanistan dalam yang kemudian dinyatakan sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 menggulingkan pemerintah Taliban.
Hingga tengah Juni, sejumlah 1.831 tentara asing tewas di Afghanistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat untuk menumbangkan pemerintah Taliban pada ahir 2001.
Korban terbanyak dialami tentara Amerika Serikat, dengan 1.115 orang, diikuti Inggris dengan 298 orang, Kanada (147), Jerman (43), Prancis (43), Denmark (33), Spanyol (28), Italia (24), Belanda (24) dan negara lain (78).
Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban itu, yang memperluas perlawanan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah sebelumnya damai.
Banyak di antara tentara dari 43 negara itu tewas akibat peledak buatan rumahan IED, yang ditanam pejuang Taliban.
IED, senjata pilihan Taliban, adalah bom kasar, yang diledakkan melalui kendali jauh atau ranjau piring (lempeng tekanan), yang meledak jika alat itu diinjak atau dilindas.
Bom rakitan itu, yang ditanam di jalanan, menjadi penyebab sebagian besar kematian tentara asing itu.
IED murah dan mudah dibuat, sebagian besar menggunakan pupuk dan pemicu dari telepon genggam.
Taliban lebih kuat daripada yang diperkirakan NATO, namun sekutu di Afghanistan itu akan mencapai kemajuan, baik secara ketentaraan maupun politik, pada tahun ini, kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada pekan kedua Juni.
"Kita harus jujur dan mengatakan bahwa mereka tampaknya lebih kuat daripada yang kita perkirakan ketika gerakan asing mulai digelar pada 2001," kata Rasmussen kepada lembaga penyiaran Kanada CBC dalam wawancara telepon.
Perlawanan Taliban terhadap pemerintah dan 130.000 tentara asing pimpinan Amerika Serikat saat ini pada tingkat mematikan.
Kelompok gari keras itu bersumpah melancarkan upaya baru dengan serangan terhadap diplomat, anggota parlemen dan pasukan asing.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)
(Uu.B002/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010