Moskow (ANTARA News) - Rusia, Selasa, meluncurkan sebuah kapal selam serang bertenaga nuklir yang memerlukan 17 tahun untuk membuatnya karena kekurangan biaya setelah runtuhnya Uni Soviet.

Presiden Dmitry Medvedev mengatakan Severodvinsk itu akan "menambah kekuatan militer kita dan potensi angkatan laut kita, serta memperkuat posisi Rusia di lautan di dunia".

"Rusia harus memodernisasi dengan sederhana angkatan lautnya, kita harus membangun kapal-kapal yang sangat modern," kata Medvedev pada upacara di galangan kapal Sevmash di pelabuhan Laut Putih.

Beberapa pengamat memperingatkan bahwa kapal tersebut belum rampung sama sekali dan masih menghadapi uji coba.

"Dengan menempatkannya di perairan tidak menunjukkan bahwa kapal selam itu telah siap," kata Konstantin Makiyenko, wakil direktur di Pusat untuk Analisis Strategi dan Teknologi yang bermarkas di Moskow.

Beberapa pejabat di Sevmash mengatakan kapal selam itu 80 persen telah selesai dan bahwa percobaan akan dimulai musim panas ini, menurut kantor berita Itar-Tass.

Kantor berita RIA milik negara menambahkan Severodvinsk dengan ukuran 119 meter (393 kaki) itu adalah kapal selam kelas Yasen/Graney pertama, dan dirancang untuk membawa rudal jelajah bertenaga nuklir jarak jauh dan persenjataan lain.

RIA dan Itar Tass melaporkan bahwa Severodvinsk diperkirakan akan mulai bertugas pada 2011, dan Makiyenko menyatakan tidak sangat optimistis. Menurut dia, kapal selam itu masih membutuhkan tiga hingga lima tahun.

Ia juga mengatakan tidak jelas apakah Rusia akan memiliki dana untuk menghasilkan beberapa lagi kapal selam dari kelas yang sama, jika Severodvinsk berhasil.

Menurut RIA, Rusia merencanakan untuk membuat sedikitnya enam kapal selam kelas itu. Pekerjaan telah dimulai tahun lalu dalam pembuatan kapal selam kedua dalam rangkaian itu, yang dinamai Kazan.

Pembuatan Severodvinsk dimulai pada 1993, tapi Makiyenko mengatakan pembuatan itu secara efektif telah dibekukan selama sekitar satu dasawarsa karena kekurangan dana.

Pasukan bersenjata Rusia menderita karena sangat kekurangan uang selama lebih dari satu dasawarsa setelah bubarnya Uni Soviet pada 1991. Dana telah ditambah, tapi tetap saja pembiayaan itu menjadi masalah.
(S008/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010