Sumenep, Jatim (ANTARA) - Angin puting beliung melanda Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur, Sabtu dan merusak sejumlah bangunan milik warga di dua desa di Kecamatan Kalianget.
"Kejadiannya tadi siang sekitar pukul 13.15 WIB dan saat ini tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Sumenep sudah berada di lokasi bencana," kata Kepala BPBD Pemkab Sumenep Abd Rahman Riadi kepada wartawan per telepon di Sumenep, Sabtu sore.
Baca juga: BPBD Bandung inventaris dampak angin puting beliung Cimenyan
Dua desa yang dilanda puting beliung itu masing-masing Desa Pinggir Papas dan Desa Karanganyar Kecamatan Kalianget, Sumenep.
Data sementara yang dilaporkan tim BPBD Pemkab Sumenep dari lokasi kejadian, sedikitnya empat bangunan rusak akibat angin puting beliung tersebut.
Musibah ini terjadi di 20 lokasi, yakni di Desa Karanganyar 12 lokasi dan di Desa Pinggir Papas 8 lokasi.
Baca juga: Potensi puting beliung-hujan es diperkirakan terjadi pada April-Mei
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Pemkab Sumenep Abd Rahman Riadi menjelaskan, Desa Pinggir Papas dan Desa Karanganyar memang tercatat desa yang rawan terjadi bencana angin puting beliung dan angin kencang. Hampir setiap tahun selalu terjadi terjadi bencana angin puting beliung atau kencang di dua desa itu.
"Kalau yang terjadi tadi pagi jenisnya angin puting beliung, bukan angin kencang, karena karakter angin memutar," katanya.
Kalaksa BPBD Sumenep ini juga membenarkan video rekaman angin puting beliung yang beredar di sejumlah platform media sosial whatshapp dan facebook yang menyebutkan bahwa rekaman itu video yang diunggah warga tersebut memang kejadian bencana angin puting beliung di Desa Pinggir Papas Kecamatan Kalianget, Sumenep.
Baca juga: Polman Babel alami kerugian puluhan juta akibat puting beliung
Dalam rekanan itu, terlihat angin memutar-memutar dengan kencang dan terdengar rekaman suara warga yang berteriak histeris karena ketakutan, sambil melafalkan kalimat "la-ilahalillah".
Angin puting beliung merupakan angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 kilometer per yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit.
Ada yang menyebut angin puting beliung ini dengan sebutan Angin Leysus, dan ada juga yang menyebut Angin Bohorok. Warga Madura, khususnya di Kabupaten Sumenep menyebut angin puting beliung itu dengan "Palak Taon".
Menurut Abd Rahman Riadi, angin puting beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pancaroba. Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan pusarannya benda yang terlewati terangkat dan terlempar.
Karakter lain yang juga bisa dipahami bahwa angin melanda dua desa di Kecamatan Kalianget, Sumenep, Sabtu (3/4) itu, terjadi secara tiba-tiba pada area skala sangat lokal. Pusaran angin mirip belalai gajah/selang vacum cleaner, sering terjadi pada siang hari dan lokasinya di daerah dataran rendah.
Desa Pinggir Papas dan Desa Karanganyar menurutnya, terletak di dataran rendah.
"Dan, biasanya setiap perubahan musim, dari penghujan ke kemarau atau sebaliknya, dari musim kemarau penghujan ke penghujan. Nah, sekarang ini kan mau pergantian musim, dari penghujan ke kemarau," katanya.
Oleh karenanya, Rahman meminta agar masyarakat lebih berhati-hati, meningkatkan kewaspadaan, sehingga jika terjadi lagi angin puting beliung bisa melakukan antisipasi guna menekan terjadinya kerugian dan lebih banyak dan menekan resiko bencana.
Gejala awal yang bisa dikenali apabila hendak terjadi bencana angin puting beliung di antaranya, udara terasa panas dan gerah (sumuk), lalu di langit tampak ada pertumbuhan awan Cumulus (awan putih bergerombol yang berlapis-lapis) dan diantara awan tersebut ada satu jenis awan mempunyai batas tepi sangat jelas bewarna abu-abu menjulang tinggi yang secara visual seperti bunga kol.
Berikutnya, awan secara tiba-tiba berubah warna dari berwarna putih menjadi berwarna hitam pekat (awan Cumulonimbus).
"Selain itu, ranting pohon dan daun bergoyang cepat karena tertiup angin disertai angin kencang sudah menjelang," katanya.
"Dan durasi fase pembentukan awan, hingga fase awan punah berlangsung paling lama sekitar 1 jam, karena itulah, masyarakat agar tetap waspada selama periode ini," katanya, menambahkan.
Sementara itu, berdasarkan catatan BPBD, Kecamatan Kalianget merupakan satu dari 14 kecamatan di wilayah itu yang memang rawan terjadi bencana alam berupa angin kencang dan angin puting beliung.
Kecamatan lainnya yang juga rawan bencana angin puting beliung Kecamatan Kota, Saronggi, Bluto, Guluk-Guluk, Pasongsongan, Dasuk, Rubaru, Pragaan, Ambunten, Masalembu, Arjasa, Sapeken, dan Kecamatan Kangayan.
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021