Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, membahas perkembangan situasi di Myanmar dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dalam kunjungannya ke WuYi di Provinsi Fujian, China.
Dalam konferensi pers pada Jumat petang waktu Jakarta, Menlu Retno mengatakan ia telah membahas situasi politik Myanmar dalam pertemuan empat mata dengan Menlu Wang Yi.
“Kami memiliki kekhawatiran yang sama mencermati perkembangan situasi dan tidak ingin melihat rakyat Myanmar semakin menderita,” ujar Menlu Retno.
Menurut Retno, pemerintah Indonesia dan China memiliki pandangan yang sama terkait pentingnya pengakhiran segera penggunaan kekuatan dan kekerasan di Myanmar, serta pentingnya segera dilakukan dialog antarpihak di negara tersebut.
Menlu Retno lebih lanjut menjelaskan bahwa China menyatakan dukungan terhadap upaya dan tawaran dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk membantu Myanmar, termasuk memberikan dukungan terhadap inisiatif Presiden Joko Widodo untuk mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN untuk membahas isu Myanmar.
Selain China, Retno juga menyebutkan bahwa dukungan serupa juga sempat disuarakan oleh Menlu Rusia Sergey Lavrov dalam percakapan yang berlangsung dua hari lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, situasi yang tidak stabil terus berlangsung di Myanmar sejak aturan militer diberlakukan kembali usai kelompok militer negara itu menggulingkan pemimpin Aug San Suu Kyi dan mengambil alih kekuasaan. Laporan dari Reuters menyebutkan bahwa situasi di Myanmar sebagai “berada dalam kekacauan”, di mana ratusan warga sipil telah tewas dalam unjuk rasa anti kudeta.
Baca juga: Dorong dialog, Indonesia desak pembebasan tahanan politik Myanmar
Baca juga: Menlu Retno: penggunaan kekerasan di Myanmar tak dapat diterima
Baca juga: Indonesia jalin komunikasi dengan pihak berkonflik di Myanmar
Selain membahas perkembangan di Myanmar, kedua Menlu juga membicarakan tentang kerja sama Indo-Pasifik dalam konteks situasi geopolitik.
“Isu ini bukan pertama kalinya kita bahas. Kami berdua beberapa kali membahas isu ini. Saya kembali tekankan prinsip-prinsip dari ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik),” ujar Retno.
Dalam pembahasan itu, Menlu RI menekankan keterbukaan ASEAN bagi semua mitra dalam pelaksanaan kerja sama dalam konteks pandangan Indo-Pasifik itu, serta upaya untuk terus memajukan kerja sama.
"Karena kami yakin bahwa konfrontasi tidak akan membawa manfaat bagi siapapun," ujar Retno.
Menlu RI juga terus menekankan pentingnya pemajuan kerja sama secara inklusif kepada semua mitra secara konsisten, termasuk dalam kunjungannya ke China dan ke Jepang.
Dalam situasi dunia yang penuh tantangan saat ini, kerja sama menjadi semakin penting, dan Indonesia akan terus konsisten dalam memegang prinsip-prinsip ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, kata Menlu Retno.
Baca juga: Menarik lawan jadi kawan dalam konsep Indo-Pasifik yang diperluas
“Dengan memegang prinsip-prinsip ini, maka sentralitas ASEAN akan dapat terjaga dan implementasi kerja sama penting untuk diarahkan pada kerja sama ekonomi yang sifatnya konkret dan saling menguntungkan,” lanjutnya.
Menlu Retno berkunjung ke Provinsi Fujian, China bersama dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Pada Jumat, ketiga Menteri telah melakukan kurang lebih 14 pertemuan yang membahas berbagai isu, termasuk mengenai situasi geopolitik, kerja sama vaksin, peningkatan kegiatan perdagangan dan investasi, serta kerja sama kekonsuleran, termasuk upaya penguatan perlindungan bagi anak buah kapal (ABK) Indonesia.
Baca juga: Fujian fasilitasi pembicaraan impor perikanan dari RI
Baca juga: Dubes: Perdagangan RI-China 2020 mampu tutup defisit hampir 70%
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2021