Teheran (ANTARA News/AFP) - Polisi Iran hari Senin membantu pemimpinoposisi Mehdi Karroubi meloloskan diri, sehari setelah loyalis gariskeras mengepungnya di sebuah rumah ulama, kata situs berita yang dekatdengan pemerintah.
Pendukung garis keras mengepung rumahsimpatisan oposisi Ayatollah Yousef Sanaei pada Sabtu setelah Karroubidatang untuk mengunjunginya di kota suci Qom, dengan meneriakkanslogan-slogan yang menentang kedua tokoh itu.
"Sekitar pukul 04.00 (pukul 06.30 WIB), polisi antihuru-hara dalamjumlah besar mengamankan jalan agar mobil Karroubi bisa lewat," kataRajanews.com.
"Ketika Karroubi berhasil pergi, massa meneriakkan slogan-slogan yangmengecam polisi" dan menuntut pemimpin oposisi itu diadili, kata situsitu.
Menurut laporan situs tersebut, komandan lokal Garda Revolusi jugamendesak massa bubar dan Mojtaba Zolnoor, seorang pembantu pemimpintertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, menemui Karroubi sebelum iapergi.
Situs oposisi Kaleme.com melaporkan, Minggu, Karroubi pergi ke Qom,Iran tengah, untuk acara perkabungan dan kemudian mengunjungi AyatollahYousef Sanaei di rumahnya ketika "kelompok kekuatan yang memilikihubungan dengan (rejim) penguasa mengepung rumah itu".
Putra Karroubi, Hossein, mengatakan kepada situs itu, para pendukungpemerintah juga menggunakan pentungan dan rantai untuk menyerang mobilayahnya yang diparkir di luar rumah Sanaie.
Kaleme.com mengatakan, Karroubi berniat menemui Sanaei dan HassanKhomeini, cucu dari Ayatollah Ruhollah Khomeini, bapak revolusi IslamIran.
Karroubi dan Mir Hossein Mousavi, pemimpin lain oposisi, memeloporigerakan oposisi yang terus menilak pemilihan kembali MahmoudAhmadinejad sebagai presiden tahun lalu.
Sanaei, yang memiliki pengikut di dalam dan luar negeri, adalahpendukung kuat gerakan oposisi dan seringkali dikecam oleh kelompokgaris keras, menurut situs oposisi.
Pada Desember sekitar 1.000 anggota milisi Basij yang ditakutimenyerang kantor Sanaei di Qom, kata situs reformis Norooznews.ir padasaat itu.
Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan umum tahun lalu yang disengketakan.
Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisipro-reformasi setelah pemilihan umum presiden 12 Juni lalu yangdipersoalkan, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu31 tahun.
Dua calon presiden yang kalah, Mousavi dan Karroubi, mantan ketuaparlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itudicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampukkekuasaan.
Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparatkeamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acaraumum untuk turun ke jalan.
Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalamdemonstrasi paling akhir pada 27 Desember, ketika ribuan pendukungoposisi melakukan pawai semacam itu.
Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yangditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalampenjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkankerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.
Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris danPerancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosenuniversitas.
Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pascapemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad danmengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan sejumlah pihak.
Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun kejalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagaipresiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat,khususnya AS dan Inggris.
Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat ataskerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islamdan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiahitu, produsen minyak terbesar keempat dunia.
Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturandengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya denganslogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut programnuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63persen suara dalam pemilihan tersebut.
Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat,khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudahmenghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkankerusuhan di Iran.
Sejumlah pejabat Iran mengatakan bahwa 36 orang tewas selama kerusuhanitu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72.Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27Desember, menurut data resmi. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010