Jayapura (ANTARA News) - Salah satu pengamat Perempuan dan Anak di Papua, Juliana Langowuyo, menyatakan bahwa pemberitaan media massa yang terus-menerus tentang video porno mirip artis, justru membuat anak dan remaja penasaran terhadap video yang beredar luas itu.

"Justru semakin sering dan intens seorang anak dan remaja mendengar dari pemberitaan mengenai video porno mirip artis, dia akan tertantang dan semakin penasaran untuk mendapatkan gambar itu," kata Juliana di Jayapura, Senin.

Menurut Juliana Langowuyo yang juga aktivis Forum Kerjasama (Foker) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Papua, usia anak dan remaja membuat keingintahuan seseorang benar-benar kuat akan sesuatu, apalagi yang berbau tantangan.

"Ada kecenderungan timbul kepuasan pada anak jika dirinya bisa mendapatkan video porno mirip artis itu dan mempertontonkannya pada teman-temannya," ujarnya.

Untuk itu, Juliana Langowuyo mengajak teman-teman- media massa utnuk lebih edukatif dalam memberikan pemberitaan, terutama akan sesuatu hal yang dianggap masih tabu bagi konsumssi anak, misalnya video porno mirip artis.

"Jangan karena hanya mengejar ekslusif tayangan dan rating televisi, lalu mengabaikan moral dan etika," pesannya.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sendiri, lanjutnya, harus berani dengan tegas memberikan sanksi terhadap stasiun televisi yang mengabaikan kode etik penyiaran.

"KPI harus tegas, jangan hanya berikan peringatan saja terus-menerus," katanya.

Sementara kepada petugas Kepolisian, Juliana Langowuyo mengharapkan keseriusan dan kecepatan dalam menyelesaikan kasus video porno artis itu.

"Proses secara hukum jika benar terbukti bersalah, agar menjadi contoh bagi yang lainnya. Masyarakat saat ini juga perlu ketegasan penegakan hukum," sambungnya.

(KR-MBK/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010