Cirebon (ANTARA News) - Sejumlah aktivis Cirebon yang turut dalam aksi unjuk rasa mengkritisi kebijakan Wali kota bersama Sultan Kanoman XII Cirebon Sultan Muhammad Emirudin di Balai Kota Cirebon beberapa
waktu lalu diancam melalui SMS oleh orang tak dikenal pada Sabtu (12/6) malam.

Atas dasar teror tersebut, kemudian mereka  melaporkannya ke Polresta Cirebon pada hari Minggu.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun,Minggu, SMS ancaman tersebut dikirim ke lima orang aktivis yaitu Subhanudin Alwy, Ketua Dewan Kesenian Cirebon (DKC), Ujang Kusuma Atmawijaya, koordinator unjuk
rasa, Dedi Setiawan anggota Forum Aktivis `80, Masril Arizal dari Forum Masyarakat Peduli Cagar Budaya Cirebon (Formal CBC) dan seorang wartawan Trans TV Khaerudin Imawan.

Kelima aktivis tersebut mendapat SMS dari nomor 08179078991 berisi ancaman jika tidak behenti mengkritisi kebijakan pemerintahan Wali kota Subardi akan dibunuh.

"Saya mendapat SMS ancaman tersebut pada pukul 22.47.16 WIB berisi ancaman dengan bahasa kasar yang menyuruh saya untuk berhenti mengkritik kebijakan Walikota Cirebon, jika tidak katanya saya akan dibunuh," kata Alwy saat di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) POlresta Cirebon.

Alwi menduga SMS tersebut berkaitan dengan aksi besar-besaran beberapa waktu lalu bersama Sultan Kanoman terkait kebijakan Walikota Cirebon yang sudah tidak berpihak kepada masyarakat.

Alwy menyayangkan adanya pihak yang tidak puas dengan aksinya tersebut namun menyampaikannya dengan cara yang tidak elegan seperti ini yang sudah mengarah pada kekerasan dan intimidasi.

"Sebenarnya aksi kami bersama Sultan Kanoman adalah hal yang wajar dan biasa terjadi dalam kehidupan bernegara. Pengirim SMS tersebut menandakan dia bukan seorang yang elegan bahkan pengecut hanya bisa

memprotes melalui SMS tanpa berani memperlihatkan wajahnya," tegas Alwy geram.

Hal senada juga diungkapkan Ujang Kusuma Atmawidjaya selaku koordinator aksi waktu itu mengatakan ancaman terhadap para aktivis

Cirebon adalah tindakan yang tidak jantan yang justru malah dianggap merupakan upaya pembunuhan karakter seorang Walikota Cirebon.

"Ini malah membuktikan kegagalan pemerintahan Subardi. Unjuk rasa kami kemarin bersama Sultan Kanoman sebagai teguran untuk Wali kota bekerja lebih baik. Dengan adanya ancaman ini berarti sikap kritis dibantah dengan aksi premanisme. Apa ini yang dinamakan demokrasi?," kata Ujang.

Sementara itu Khaerudin Imawan, kameramen Trans TV menuturkan dia mendapat SMS ancaman tersebut sekitar pukul 23.00 WIB. Dengan menggunakan bahasa yang kasar, pengirim SMS tersebut mengancam jika
tidak berhenti mengkritisi Walikota Cirebon maka harus bersiap dengan kematiannya yang akan menghiasi layar kaca.

Menanggapi ancaman tersebut, Khaerudin memastikan dirinya tidak merasa takut dan gentar. Dia menegaskan bahwa dalam setiap peliputan dirinya telah menjalankan tugas sebagai seorang jurnalis secara profesional dan sesuai dengan aturan yang berlaku. (Ant/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010