Sanaa (ANTARA News/AFP) - Orang-orang suku di wilayah timur Yamansetuju berhenti menampung para tersangka anggota Al-Qaeda dan berjanjitidak melakukan aksi kekerasan, kata satu sumber suku dan pemerintah,Minggu.
Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan Sabtu antarapara pemimpin suku Abide dan Menteri Dalam Negeri Yaman Mayor JendralMutahar Rashad al-Masri, beberapa jam setelah serangan terhadap pipaminyak di provinsi Marib dimana suku itu berada.
Selama pertemuan itu pemimpin suku berjanji "berhenti menampungorang-orang yang diburu oleh pasukan keamanan atau yang dituduh menjadianggota Al-Qaeda", kata satu sumber suku.
"Kesepakatan itu juga mengizinkan tim teknis memulai perbaikan pipaminyak, dan menetapkan bahwa orang suku bersenjata membongkar pos-pospemeriksaan yang menghalangi jalan antara Marib dan Sanaa bagikendaraan pemerintah dan truk minyak," kata sumber itu.
Sementara itu, media resmi mengutip Masri yang mengatakan "parapemimpin (suku) Abida dan Al-Ashraf mengungkapkan kesediaan merekauntuk membantu negara dalam mengejar unsur-unsur buronan, dan mengutukaksi sabotase yang dilakukan oleh unsur terlarang terhadap kepentinganumum".
Beberapa sumber suku mengatakan Sabtu, orang-orang suku menggunakanbuldoser untuk membongkar pipa minyak itu, kemudian meledakkannya,sebagai pembalasan atas penyerbuan militer Yaman terhadap rumah seorangpemimpin suku yang dituduh menampung anggota Al-Qaeda.
Pada 5 Juni, seorang kolonel angkatan darat Yaman dan dua prajurittewas dalam serangan terhadap sebuah konvoi yang sedang dalamperjalanan menuju ladang minyak Safar, dalam serangan yang dituduhkanpada Al-Qaeda.
Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden danhingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara danselatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk RepublikYaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjaditempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utaramenggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam danmendiskriminasi mereka.
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidakmendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama denganpengkhianatan.
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara ituakan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untukmemperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnyamenjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAPmenyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang ASpada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka wargaNigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepadaorang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiahdi wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan danserangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan ArabSaudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.
Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana seranganbunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman padapertengahan Desember.
Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelahutara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkansasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asingdan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang disitus 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.
Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010