Osh, Kyrgyzstan (ANTARA News/Reuters) - Kyrgyzstan telah minta bantuan Rusia, Sabtu, untuk menghentikan pertempuran etnik yang telah menewaskan sedikitnya 75 orang dan menyebabkan beberapa bagian kota terbesar keduanya, Osh, terbakar, kekerasan terburuk sejak presidennya dijatuhkan April lalu.
Pemerintah sementara di Kyrgyzstan, yang menampung pangkalan militer AS dan Rusia, mengatakan mereka tak berdaya untuk menghentikan kelompok-kelompok bersenjata membakar habis rumah dan usaha etnik Uzbek di beberapa bagian kota Osh. Bentrokan senjata berkobar hingga malam.
Kekerasan dan penembakan meluas ke wilayah Jalalabad yang berdekatan, tempat bentrokan mematikan bulan lalu.
"Kami memerlukan masuknya dari luar, pasukan bersenjata untuk menenangkan keadaan," kata pemimpin pemerintah sementara Roza Otunbayeva pada wartawan. "Kami telah minta pada Rusia untuk membantu dan saya telah menandatangani surat itu untuk Presiden Dmitry Medvedev."
Rusia, sementara itu, mengatakan, sekarang bukan waktunya bagi negara itu untuk campur tangan.
"Itu konflik internal dan untuk sekarang ini Rusia tidak melihat kondisi mengambil bagian dalam pemecahannya," ujar Natalya Timakova, juru bicara Medvedev, sebagaimana dikutip oleh kantor berita Interfax.
Kyrgyzstan, bekas negara Soviet telah mengumumkan keadaan darurat di Osh dan beberapa distrik pedesaan pada Jumat dini hari setelah kelompok-kelompok etnik yang bersaing saling berperang dengan senapan, batang besi dan bom minyak.
Kerusuhan baru di Kyrgyzstan itu akan meningkatkan kekhawatiran di Rusia, AS dan tetangganya China. Washington telah menggunakan pangkalan angkatan udara di Manas di bagian utara negara itu, sekitar 300Km dari Osh, untuk memasok pasukannya di Afghanistan.
Kementerian Kesehatan Kyrgyzstan menyebutkan, sedikitnya 75 orang telah tewas -- enam dari mereka di Jalalabad -- dan hampir 1.000 orang terluka dalam kekerasan di markas kekuatan bekas presiden Kurmanbek Bakiyev, yang dijatuhkan oleh pemberontakan rakyat, ke arah selatan.
Otunbayeva menyatakan korban pada akhirnya mungkin akan lebih besar.
Sementara itu, menurut Uni Eropa, pihaknya akan mengirim wakil khususnya untuk Asia Tengah, Pierre Morel.
Ditanya mengenai kemungkinan bantuan Rusia, seorang jurubicara EU mengatakan, "Kami akan menyabut baik setiap upaya dari salah satu mitra internasional kami untuk membantu keadaan di Kyrgyzstan".
(Uu.SYS/S008/Z002/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010