Kabul (ANTARA News/AFP) - Dua tentara NATO dan dua warga tewas akibat serangan bom pada Jumat di Afghanistan selatan, kata pejabat tentara dan pemerintah. Pejabat NATO menyatakan ledakan itu disebabkan oleh bom rakitan, sementara pejabat Afghanistan mengatakan itu serangan jibaku, yang juga melukai sedikit-dikitnya 13 warga di pasar sepanjang jalan raya utama di propinsi Zabul.

"Seorang pejibaku dengan berjalan kaki menyerang ronda pasukan asing di pasar Shah Joy," kata juru bicara gubernur, Mohammad Jan Ransoulyar.

Menurut hitungan kantor berita Prancis AFP, 256 tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini. Tahun lalu masih yang paling mematikan bagi pasukan itu, dengan 520 tentara terbunuh.

Lebih dari 1.800 tentara asing tewas di Afghanistan sejak 2001.

Sejumlah lain korban adalah anggota pasukan keamanan, warga dan pejuang Afghanistan tewas.

Sebagian besar Afghanistan selatan dilanda perlawanan Taliban, yang sekarang dalam tahap mematikan sejak awal tahun lalu.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban itu, yang memperluas perlawanan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah sebelumnya damai.

Banyak di antara tentara dari 43 negara itu tewas akibat peledak buatan rumahan IED, yang ditanam pejuang Taliban.

IED, senjata pilihan Taliban, adalah bom kasar, yang diledakkan melalui kendali jauh atau ranjau piring (lempeng tekanan), yang meledak jika alat itu diinjak atau dilindas.

Bom rakitan itu, yang ditanam di jalanan, menjadi penyebab sebagian besar kematian tentara asing itu.

IED murah dan mudah dibuat, sebagian besar menggunakan pupuk dan pemicu dari telepon genggam.

IED biasanya buatan sendiri, yang diledakkan oleh kendali jauh dan sering berserakan di jalan dan jalan raya, yang dipakai tentara asing, khususnya di kubu Taliban di propinsi Helmand dan Kandahar.

Peledak rakitan menjadi "senjata pilihan" Taliban, kata perwira tinggi sandi tentara Amerika Serikat, yang menyatakan IED merenggut sampai 90 persen jiwa pasukan asing.

Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi menemukan bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat.

Taliban lebih kuat daripada yang diperkirakan NATO, namun sekutu di Afghanistan itu akan mencapai kemajuan, baik secara ketentaraan maupun politik, pada tahun ini, kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada pekan kedua Juni.

"Kita harus jujur dan mengatakan bahwa mereka tampaknya lebih kuat daripada yang kita perkirakan ketika gerakan asing mulai digelar pada 2001," kata Rasmussen kepada lembaga penyiaran Kanada CBC dalam wawancara telepon.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

NATO dan Amerika Serikat menambah pasukan ke negara itu, tempat penyebaran mereka mencapai 150.000 pada Agustus saat panglima meningkatkan perang dengan Taliban di wilayah jantung mereka dalam upaya menarik mereka pada ahir tahun ini.(*)
(B002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010