Kabul (ANTARA News/AFP) - Satu tentara NATO tewas akibat serangan bom di Afghanistan selatan pada Kamis, kata tentara, korban tewas ke-24 di negara terkoyak perang itu pada pekan ini.

Prajurit itu, yang kebangsaannya tidak diumumkan, adalah bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO di Afghanistan, tempat sekitar 142.000 tentara akan ditambah menjadi 150.000 pada Agustus.

Kematian itu terjadi dalam sepekan kekerasan atas sekutu itu dan sehari sesudah empat tentara Amerika Serikat tewas sesudah pejuang Taliban menembak jatuh helikopter di propinsi Helmand, Afghanistan selatan, tempat seorang tentara Inggris juga tewas dalam peristiwa terpisah.

Menurut hitungan kantor berita Prancis AFP, 254 tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini. Tahun lalu masih yang paling mematikan bagi pasukan itu, dengan 520 tentara terbunuh.

Perdana Menteri Inggris David Cameron pada Kamis dalam kunjungan pertamanya ke Afghanistan menyatakan tidak akan menambah tentaranya ke negara itu.

Cameron, yang kunjungannya tidak diumumkan sebelum waktunya dengan alasan keamanan, menyatakan Afghanistan salah satu negara sangat penting dalam kebijakan luar negeri Inggris dan berjanji membantu rakyatnya, kata televisi setempat.

Inggris menempatkan sekitar 9.500 tentara di Afghanistan. Negara itu merupakan penyumbang terbesar kedua pada pasukan pimpinan NATO tersebut setelah Amerika Serikat.

Sejumlah 294 tentara Inggris tewas di Afghanistan sejak gerakan dimulai di negara itu untuk menjatuhkan pemerintah Taliban pada Oktober 2001.

Lebih dari 1.800 tentara asing tewas di Afghanistan sejak 2001.

Sejumlah lagi anggota pasukan keamanan, warga dan pejuang Afghanistan tewas.

Sebagian besar Afghanistan selatan dilanda perlawanan Taliban, yang sekarang dalam tahap mematikan sejak awal tahun lalu.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban itu, yang memperluas perlawanan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah sebelumnya damai.

Banyak di antara tentara dari 43 negara itu tewas akibat peledak buatan rumahan IED, yang ditanam pejuang Taliban.

IED, senjata pilihan Taliban, adalah bom kasar, yang diledakkan melalui kendali jauh atau ranjau piring (lempeng tekanan), yang meledak jika alat itu diinjak atau dilindas.

Bom rakitan itu, yang ditanam di jalanan, menjadi penyebab sebagian besar kematian tentara asing itu.

IED murah dan mudah dibuat, sebagian besar menggunakan pupuk dan pemicu dari telepon genggam.

Taliban lebih kuat daripada yang diperkirakan NATO, namun sekutu di Afghanistan itu akan mencapai kemajuan, baik secara ketentaraan maupun politik, pada tahun ini, kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada pekan kedua Juni.

"Kita harus jujur dan mengatakan bahwa mereka tampaknya lebih kuat daripada yang kita perkirakan ketika gerakan asing mulai digelar pada 2001," kata Rasmussen kepada lembaga penyiaran Kanada CBC dalam wawancara telepon.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)
(B002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010