Yang kami lihat adalah sekitar setengah dari rute-rute yang ada, kami dapat menemukan pilihan rute yang lebih ramah lingkungan dengan pengorbanan waktu yang minimal atau tanpa tambahan waktu
Jakarta (ANTARA) - Aplikasi Google Maps akan mulai mengarahkan pengemudi di sepanjang rute yang diperkirakan menghasilkan emisi karbon terendah berdasarkan lalu lintas, lekukan jalan, dan faktor lainnya, kata pihak Google pada Selasa.
Google, salah satu unit perusahaan konglomerat multinasional Alphabet Inc, mengatakan fitur pengarah "ramah lingkungan" tersebut akan diluncurkan akhir tahun ini di Amerika Serikat dan pada akhirnya menjangkau negara lain sebagai bagian dari komitmennya untuk membantu memerangi perubahan iklim melalui layanannya.
Kecuali pengguna memilih keluar dari fitur itu, rute pilihan utama yang akan digunakan adalah yang "ramah lingkungan" jika pilihan rute lain yang sebanding memakan waktu yang kurang lebih sama, kata Google.
Ketika rute alternatif jauh lebih cepat, aplikasi Google Maps akan menawarkan pilihan dan membiarkan pengguna membandingkan perkiraan emisi dari rute-rute yang menjadi pilihan.
"Yang kami lihat adalah sekitar setengah dari rute-rute yang ada, kami dapat menemukan pilihan rute yang lebih ramah lingkungan dengan pengorbanan waktu yang minimal atau tanpa tambahan waktu," kata direktur produk Google, Russell Dicker, kepada wartawan, Senin (29/3).
Google mengatakan pihaknya memperoleh perkiraan emisi relatif dengan menguji di berbagai jenis kendaraan dan jenis jalan, memanfaatkan wawasan dari badan pemerintah AS, National Renewable Energy Lab (NREL). Sementara data tingkat jalan berasal dari Google Street View serta citra udara dan satelit.
Google Street View adalah teknologi yang ditampilkan di Google Maps dan Google Earth yang menyediakan panorama interaktif dari berbagai posisi di banyak jalan-jalan di dunia.
Manajer grup mobilitas NREL Jeff Gonder mengatakan bahwa NREL, yang mengembangkan suatu alat yang dikenal sebagai FastE untuk memperkirakan penggunaan energi kendaraan, mencapai kesepakatan bulan ini untuk mendapatkan dana dari Google dan mempelajari keakuratan perkiraannya.
Namun, efek potensial emisi dari fitur tersebut tidak jelas. Sebuah studi terhadap 20 orang di California State University, Long Beach, tahun lalu menemukan bahwa para peserta lebih cenderung mempertimbangkan emisi karbon dalam pemilihan rute setelah menguji aplikasi yang menunjukkan beberapa perkiraan.
Pengumuman Google tentang fitur "ramah lingkungan" Google Maps itu menyertakan perubahan tambahan yang berfokus pada iklim.
Mulai Juni, aplikasi Google Maps akan mulai memperingatkan pengemudi tentang perjalanan melalui zona emisi rendah di mana beberapa jenis kendaraan akan mendapatkan larangan di Jerman, Prancis, Belanda, Spanyol dan Inggris.
Dalam beberapa bulan mendatang, pengguna aplikasi Google Maps akan dapat membandingkan emisi yang dihasilkan bila memilih untuk naik mobil, bersepeda, memakai angkutan umum, dan pilihan perjalanan lainnya di satu tempat alih-alih berpindah di antara bagian-bagian yang berbeda.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menlu ASEAN bertemu Menlu China, Retno bersama Mendag
Baca juga: Iran tolak hentikan pengayaan uranium sebelum AS cabut semua sanksi
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021