Baghdad (ANTARA News/AFP) - Sembilan orang tewas, termasuk tiga pedagang perhiasan dan dua anggota milisi penentang Al-Qaeda, dalam serangan-serangan di Irak, Rabu, kata sejumlah pejabat keamanan.
Di kota pelabuhan selatan, Basra, tiga pedagang permata tewas dan dua warga sipil cedera ketika sekelompok orang bersenjata menyerang pertokoan di daerah kuno kota itu sekitar pukul 20.00 waktu setempat (pukul 24.00 WIB).
Penyerang menembak para pedagang tersebut sebelum menyerbu toko mereka, kata polisi Basra.
Di Irak tengah, dua orang tewas dan lima lain cedera ketika seorang pembom bunuh diri yang naik sepeda-motor menyerang konvoi militer AS.
Serangan itu, yang terjadi sekitar siang hari (pukul 16.00 WIB) di daerah sebelah utara Baghdad, Al-Muqdadiyah, di provinsi Diyala, juga merusak sebuah kendaraan AS, kata seorang pejabat komando operasi Diyala.
Militer AS belum memberikan komentar mengenai insiden itu.
Di kota wilayah utara, Sharqat, di perbatasan provinsi Nineveh dan Salaheddin, dua anggota milisi penentang Al-Qaeda yang dikenal sebagai Sahwa (Kebangkitan) ditembak mati oleh orang-orang bersenjata di dua mobil yang tidak bertanda.
Dua anggota lain Sahwa yang oleh militer AS dikenal sebagai "Putra Irak" cedera dalam tembak-menembak pukul 15.00 (pukul 19.00 WIB), kata polisi Sharqat.
Di daerah pinggiran kota wilayah utara, Mosul, seorang polisi yang tidak bertugas dibunuh oleh orang-orang bersenjata di rumahnya, kata polisi.
Di daerah Ghazaliyah, Baghdad barat, seorang warga sipil tewas dan dua lain cedera dalam ledakan bom pinggir jalan, kata polisi.
Kekerasan di Irak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, kemudian menurun tajam, dan serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinya peningkatan.
Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.
Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.
Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.
Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.
Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.
Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.
Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.
Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010