Moskow (ANTARA News/Reuters) - Rusia mengatakan, Rabu, mereka telah menangkap seorang pemimpin kelompok gerilyawan yang bertanggung jawab atas kematian ratusan orang di wilayah Kaukasus Utara-nya, tempat Kremlin berusaha mengatasi kekerasan militan.
Televisi negara Rusia, yang mengutip dinas keamanan FSB, mengatakan bahwa Ali Taziyev, dari provinsi Ingushetia, adalah salah satu pemimpin dari yang dilukiskan sebagai Keemiran Kaukasus, yang berusaha untuk membentuk sebuah negara berdasar hukum syariah yang merdeka dari Rusia.
"Pada 2009 ia mengatur ledakan-ledakan di kementerian dalam negeri di (kota Ingushetia) Nazran, yang mengakibatkan sejumlah besar kematian dari pejabat pelaksana undang-undang," kata Alexander Bortnikov, kepala dinas keamanan FSB, pengganti KGB, pada Presiden Rusia Dmitry Medvedev, sebagaimana disiarkan oleh saluran Rossiya 24 milik-negara.
Ia menambahkan bahwa Taziyev, dipanggil Magas seperti nama ibukota Ingushetia, juga di belakang serangan di gedung kementerian dalam negeri di Ingushetia pada 2004, yang menewaskan sedikitnya 92 orang.
Wilayah Kaukasus Utara yang sebagian besar warganya Muslim telah dilanda kekerasan. Para pemuda, terdorong oleh kemiskinan dan ideologi global jihad, melakukan serangan hampir setiap hari.
Menurut Bortnikov, tampak dalam foto di situs Internet Islam tidak resmi memakai jenggot panjang dan bersenjata berat, juga di belakang serangkaian serangan lainnya di angkutan umum di Kaukasus Utara pada enam tahun terakhir.
Ia melukiskan Taziyev sebagai "pemimpin kelompok kejahatan bawah tanah" dan mengatakan, ia bertanggungjawab juga atas serangan bom bunuh diri terhadap pemimpin Ingushetia Yunus-Bek Yevkurov tahun lalu. Yevkurov selamat dari serangan itu dengan luka serius.
Bortnikov menambahkan bahwa Taziyev akan dipindahkan ke Moskow, tapi tidak menguraikan apa yang menunggunya di ibukota Rusia itu.
Meskipun Kremlin mengalirkan miliaran dolar ke dalam pembangunan Kaukasus Utara, tempat pengangguran sebesar 50 persen di beberapa daerah, para pemimpin agama dan pemerintah mengatakan banyak pemuda masih berpaling ke ekstrimisme. (S008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010