Magelang (ANTARA News) - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) prihatin atas merebaknya pemberitaan menyangkut peredaran video porno dengan pelaku mirip pesohor.
"Kami prihatin atas merebaknya pemberitaan peredaran video porno termasuk melalui internet, dengan pelaku mirip artis Ariel-Luna Maya dan mirip Ariel-Cut Tari. Pemberitaan bertubi-tubi di berbagai media massa itu mendestruksi mental dan moral generasi muda," kata Ketua KPAI, Hadi Supeno, di Magelang, Rabu.
Ia menyatakan pentingnya kalangan pesohor berhati-hati dalam bersikap dan bertindak karena mereka menjadi anutan penggemar masing-masing yang umumnya anak-anak muda.
Sikap dan tindakan mereka, katanya, harus mempertimbangkan secara saksama terhadap kepentingan terbaik anak.
"Hendaknya para bintang olahraga dan bintang kesenian selalu berpikir bahwa apapun yang dilakukannya selalu menjadi sorotan publik," katanya.
Ia mengharapkan, kalangan media massa secara proporsional memberitakan berbagai hal yang sensitif.
Media massa, katanya, mempunyai tanggung jawab besar dalam mengarahkan masa depan masyarakat.
"Pemuatan berita dalam rangka kontrol merupakan kewajiban media massa, tetapi kurang bijak bila yang dieksplorasi adalah sisi pornografinya, hanya mempertimbangkan tiras surat kabar atau rating televisi," katanya.
Ia mengharapkan, tindakan tegas pihak penegak hukum atas kasus peredaran video porno itu.
"Baik Kitab Undang-Undang Hukum Pindana, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, maupun Undang-Undang Pornografi agar digunakan secara optimal untuk menjerat baik para pelaku, industri, maupun pengedar pornografi," katanya.
Tanpa penegakan hukum yang kuat, katanya, kasus serupa akan terulang pada masa mendatang.
Ia mengimbau, seluruh keluarga tidak larut dalam arus media massa yang setiap saat memberi informasi tentang pornografi.
"Jangan larut dalam arus arahan media massa yang setiap menit menghujani informasi tentang pornografi, tetapi kembali khitah peran keluarga, banyak berkomunikas dengan semua anggota keluarga, membicarakan isu-isu aktual tentang pengetahuan, kemasyarakatan, agama, dan hal-hal lain yang jauh lebih positif," kata Hadi Supeno.(ANT/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010