Jakarta (ANTARA) - Kekurangan pasokan chip yang dialami industri otomotif dan ponsel, kini semakin meluas ke perangkat elektronik untuk rumah tangga.

Whirlpool Corp, perusahaan perangkat elektronik rumah tangga asal Amerika Serikat yang berproduksi di China, mengaku kesulitan memenuhi permintaan ekspor ke Eropa dan AS.

Jason Ai dari Whirlpool Corp China mengatakan pada bulan-bulan tertentu, ada penurunan sampai 25 persen, dikutip dari Reuters, Selasa.

"Di satu sisi, kami harus menyenangkan permintaan domestik, di sisi lain, kami menghadapi ledakan permintaan untuk ekspor. Mengenai chip, bagi kami di China, ini tidak bisa dihindari," kata Ai.

Perusahaan tersebut berupaya mendapatkan microcontroller, prosesor sederhana yang memberi tenaga untuk perangkat seperti kulkas, oven microwave dan mesin cuci.

Hangzhou Robam Appliances Co Ltd, perusahaan perangkat elektronik rumah tangga dari China, harus menunda peluncuran sejumlah perangkat selama empat bulan karena pasokan microcontroller tidak cukup.

"Kebanyakan produk kami sudah dirancang untuk rumah pintar (smart house), tentu kami butuh banyak chip," kata direktur pemasaran di Robam, Dan Ye.

Menurut Ye, lebih mudah mendapatkan chip dari China dibandingkan dari luar negeri sehingga mereka harus meninjau pasokan.

"Chip yang kami gunakan di produk kami bukan yang tercanggih. Chip domestik bisa memenuhi kebutuhan kami," kata Ye.

Untuk mengatasi krisis ini, produsen penyedot debu yang didanai Xiaomi, Dreame Technology, harus memangkas dana pemasaran dan mempekerjakan lebih banyak orang untuk menjaga hubungan dengan pemasok.

Dreame juga menggelontorkan dana jutaan dolar untuk menguji chip yang bisa menjadi alternatif.


Baca juga: Hyundai pertimbangkan penangguhan pabrik lokal karena kekurangan chip

Baca juga: Krisis chip, realme jamin stok ponsel di Indonesia tersedia

Baca juga: Qualcomm yakin krisis chip segera berakhir

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021