Thomas (89), kolumnis koran Hearst, sebelumnya lewat tayangan video berkomentar bahwa Israel "Segera keluar dari Palestina" dan menyarankan mereka "pulang" ke Jerman, Polandia, atau Amerika Serikat.
Komentarnya disambut cacian dari berbagai pihak termasuk dari Gedung Putih.
Thomas, yang sudah lama dianggap sebagai ketua wartawan Gedung Putih, minta maaf atas pernyataan dalam wawancara spontan yang muncul di situs web http://www.rabbilive.com. tertanggal 27 Mei.
Kontroversi pernyataan Thomas di Amerika Serikat telah mengakibatkan pembatalan ceramahnya di suatu SMA pinggiran Washington.
"Helen Thomas pada hari Senin mengumumkan dirinya pensiun dan kini sudah berlaku," tulis Hearst News Service. "Keputusannya itu setelah komentarnya yang kontroversial mengenai Israel dan Palestina tersiar lewat rekaman video dan tersebar luas di Internet."
Thomas tidak hadir saat konferensi pers Gedung Putih hari Senin. Tempat duduk untuknya selalu di tengah barisan depan.
Asosiasi wartawan Gedung Putih menilai komentar Thomas
"tak dapat dibenarkan" dan sebelum pengumuman pengunduran diri Thomas, mereka berencana menggelar pertemuan untuk membahas masih pantaskah Thomas duduk di kursi depan ruang konferensi pers di West Wing.
"Banyak dari kami yang sudah lama kenal Helen, menyesalkan komentar itu, khususnya karena dia rekam jejak dia dalam liputan Gedung Putih," tulis pernyataan asosiasi wartawan Gedung Putih.
Sementara itu Thomas menerbitkan pernyataan : "Saya sangat menyesal dengan komentar yang saya but pekan lalu mengenai orang Israel dan Palestina.Ini bukan cerminan dari keyakinan hati saya bahwa perdamaian akan hadir di Timur Tengah jika semua pihak menyadari tentang perlunya saling menghormati dan toleransi. Semoga saat itu segera tiba."
Thomas menjadi kolumnis di kelompok media Hearst beberapa tahun terakhir ini setelah berpuluh-puluh tahun sebagai wartawan Gedung Putih untuk United Press International. (ANT/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010