Di New York Mercantile Exchange (NYMEX), satu barel minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Juli berakhir pada 71,44 dolar, turun tujuh sen dari Jumat.
Minyak mentah "Brent Norh Sea" di London untuk pengiriman Juli naik tipis tiga sen menjadi 72,12 dolar.
Pasar tetap prihatin atas meningkatnya krisis utang di Eropa, termasuk laporan lebih lemah dari perkiraan pada penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat yang menggarisbawahi keengganan para pengusaha AS untuk merekrut pekerja baru.
"Pemulihan permintaan bahan bakar global menjadi lebih dan lebih diragukan setelah meningkatnya kekhawatiran terhadap krisis utang di Eropa dan kekecewaan atas laporan pekerjaan departemen tenaga kerja pada Jumat," kata Mike Fitzpatrick, wakil presiden MF Global.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan sektor swasta Mei meningkat hanya 41.000 atau kurang dari seperlima dari jumlah yang diperkirakan oleh para analis.
Sentimen juga dipengaruhi oleh penguatan dolar, yang digarisbawahi ketika sempat euro jatuh ke 1,1876 dolar di perdagangan Asia, tingkat terendah dalam lebih dari empat tahun, di tengah krisis anggaran zona euro.
Euro pulih ke level 1,1900 Senin kemudian.
Dolar AS yang lebih kuat cenderung mengurangi permintaan minyak mentah yang dihargakan dalam dolar, karena menjadi lebih mahal untuk para pembeli yang menggunakan mata uang lemah. Pada gilirannya mendorong harga turun.
"Kekhawatiran terus berpusat pada apakah krisis utang negara di Eropa akan material menggelincirkan pertumbuhan ekonomi yang sekarang telah dilaporkan di pasar-pasar berkembang," analis pada JPMorgan Chase mengatakan dalam catatan kliennya.
Mereka mengutip pertemuan menteri keuangan Kelompok 20 di Korea Selatan yang berakhir pada akhir pekan, mengatakan mereka "tidak setuju pada langkah-langkah kebijakan lebih lanjut untuk memperkuat pemulihan ekonomi global."
Harga minyak tetap berada di bawah kisaran 70-75 dolar per barel, tingkat yang muncul untuk memuaskan semua orang, kata Christophe Barret, seorang analis Credit Agricole CIC.
"Fundamental saat ini masih lemah dan terus menunjukkan sebuah ke pemulihan ekonomi yang buruk -- tetapi belum dua kali lipat." (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010