Sanaa (ANTARA News/AFP) - Enam orang tewas dan 17 lain terluka Senin dalam serangan militer di kota Daleh, Yaman bagian selatan, kata seorang pemimpin gerakan selatan.
"Enam orang tewas dan 17 lain terluka" di Daleh, yang kini dilanda ketegangan parah, kata pemimpin gerakan selatan itu kepada AFP.
Seorang pejabat rumah sakit sebelumnya mengatakan, empat warga sipil tewas dan sedikitnya 11 orang cedera.
Menurut sejumlah pejabat setempat, pemboman yang dilakukan dari sejumlah posisi militer di sekitar kota itu terjadi setelah bentrokan-bentrokan di pusat kota antara polisi dan pendukung bersenjata Gerakan Selatan, sebuah koalisi dari kelompok-kelompok yang menginginkan otonomi lebih luas atau kemerdekaan bagi wilayah tersebut.
Beberapa saksi mata mengatakan, militer membom pusat kota itu "secara membabi-buta".
"Militer membom kota itu, dan 14 rumah hancur," kata Yahya Ghaleb al-Shuaybi, seorang pemimpin lain Gerakan Selatan, kepada AFP.
Pejabat-pejabat setempat mengatakan, Daleh lumpuh total akibat pemogokan umum yang diserukan Gerakan Selatan.
Pemogokan itu dilakukan di sejumlah kota selatan, termasuk Habilayn dan Tur al-Baha di provinsi Lahij, dan Lawdar, Mudiyah serta Al-Qaar di provinsi Abyan, kata pejabat setempat.
Tidak ada laporan mengenai bentrokan lain kecuali yang terjadi di Daleh.
Shuaybi mengatakan, pemogokan dilakukan "pada Senin pertama setiap bulan, untuk memprotes blokade terhadap Daleh yang diberlakukan sejak Maret, untuk menuntut pembebasan tahanan dan mendesak kemerdekaan wilayah selatan".
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Kekerasan di Yaman bagian selatan meningkat dalam beberapa waktu terakhir ini ketika separatis yang memprotes pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh bentrok dengan pasukan keamanan yang menewaskan tiga polisi dan lima pemrotes.
Ketegangan meningkat di Yaman selatan setelah seorang pemrotes tewas ditembak polisi pada 13 Februari. Insiden itu menyulut kerusuhan dimana separatis membakar pertokoan milik orang utara dan berusaha memblokade sebuah jalan utama.
Pihak berwenang melakukan operasi keamanan dan menangkap ratusan orang di provinsi-provinsi selatan.
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.
Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.
Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.
Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010