Sekarang itu di tempat perbelanjaan, faktor belanja masih minus 20 persen dari batas normal yaitu 0 persenJAKARTA (ANTARA) - Institute for Development of Econimc and Finance (Indef) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal satu 2021 minus satu persen.
“Dilihat dari kinerja ekspor impor, perkembangan daya beli masyarakat, inflasi, belanja pemerintah, kami melihat kuartal pertama pertumbuhan ekonomi sekitar minus satu persen,” kata Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Tauhid mengatakan faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi tak terlalu signifikan pada awal tahun ini tercermin dari kredit perbankan masih mengalami kontraksi minus 2,15 (yoy). Sedangkan dana pihak ketiga semakin naik 10,11 persen (yoy) pada Februari 2021.
“Ini mencerminkan bahwa dengan kredit yang terkontraksi, dana pihak ketiga yang bertambah, dorongan dari dunia usaha, perbankan, dan masyarakat untuk menggerakkan perekonomian lebih rendah,” sambung Tauhid.
Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi masih minus, lanjut dia, inflasi pada Februari yang masih di bawah keadaan normal yakni sebesar 1,38 persen.
“Normal kita kan 2,5 sampai 3 persen. Jadi kalau dibandingkan dengan kuartal pertama 2020 yang masih separuhnya tidak covid, saya kira (pertumbuhan ekonomi) masih negatif,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan program vaksinasi COVID-19 belum berdampak signifikan untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat untuk berbelanja karena jumlah masyarakat yang telah di vaksin masih relatif kecil dibandingkan target pemerintah.
Begitu juga dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro yang dinilainya cukup berpengaruh kepada minat belanja masyarakat.
“Sekarang itu di tempat perbelanjaan, faktor belanja masih minus 20 persen dari batas normal yaitu 0 persen. Hanya di lingkungan tempat tinggal yang masih positif karena kita bergerak di situ,” katanya.
Adapun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan perekonomian Indonesia pada kuartal pertama 2021 masih akan mengalami kontraksi pada kisaran minus 1 persen hingga minus 0,1 persen.
Meski demikian, Sri Mulyani menyatakan untuk keseluruhan tahun, Kementerian Keuangan tetap optimistis ekonomi Indonesia akan berada di level 4,5 persen sampai 5,3 persen.
Baca juga: Sri Mulyani proyeksikan ekonomi RI kuartal I terkontraksi 0,1 persen
Baca juga: BI: Perbaikan ekonomi domestik lambat tapi berlanjut seiring vaksinasi
Baca juga: Kemenkeu perkirakan ekonomi triwulan II-2021 tumbuh 7 persen
Baca juga: OECD proyeksikan ekonomi Indonesia 2021 tumbuh 4,9 persen
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021