Nanti (salinan pledoinya, Red) diambil kurir (di Bareskrim, Red) buat hakim dan jaksa
Jakarta (ANTARA) - Sidang pembacaan nota pembelaan atau pledoi terdakwa kasus ujaran kebencian Sugi Nur Raharja alias Gus Nur di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Jakarta, Senin, terhambat oleh gangguan sambungan Internet.
Walaupun demikian, Majelis Hakim, yang dipimpin oleh Hakim Ketua Toto Ridarto tetap melanjutkan persidangan sampai terdakwa selesai membacakan pembelaannya.
Setidaknya, sesi pembacaan pledoi Gus Nur terputus kurang lebih 10 kali. Beberapa gangguan yang dialami terdakwa antara lain, suara Gus Nur yang tersendat sehingga Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum (JPU) tidak dapat mendengarkan isi pledoi dengan lengkap dan jelas.
Majelis Hakim pun beberapa kali meminta Gus Nur untuk membacakan pledoinya dengan perlahan.
Baca juga: Bareskrim serahkan tersangka Gus Nur dan barang bukti ke Kejagung
“Terdakwa Gus Nur pelan-pelan ngomongnya,” kata Hakim Ketua Toto Ridarto ke terdakwa saat sidang.
Gus Nur pun terlihat berusaha untuk berhenti sejenak, kemudian lanjut membacakan isi pledoinya. Namun, gangguan Internet masih berlangsung beberapa kali sampai akhirnya sidang sempat diskors beberapa menit untuk memperbaiki koneksi.
Sambungan Internet di ruang sidang sempat membaik, kemudian terganggu kembali.
Gus Nur, yang hadir secara virtual dari rumah tahanan (rutan) Badan Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia (Bareskrim Polri), sempat memohon kepada Majelis Hakim agar ia bisa dihadirkan langsung di ruang sidang.
“Kalau bisa mengemis saya rela sidang ditunda seminggu lagi, agar saya bisa dihadirkan di depan Pak Hakim,” kata Gus Nur.
Namun hakim menolak permintaan itu.
“Makanya pelan-pelan, sudah disampaikan saja (pledoinya),” jawab Toto.
Ia lanjut memastikan ke terdakwa bahwa Majelis Hakim akan membaca pledoi Gus Nur dengan lengkap. Toto mengatakan Majelis Hakim serta jaksa nanti akan mendapatkan salinan pledoi Gus Nur tidak lama setelah persidangan.
“Nanti (salinan pledoinya, Red) diambil kurir (di Bareskrim, Red) buat hakim dan jaksa,” sebut Toto ke Gus Nur.
Dalam pledoinya, yang berhasil terdengar cukup jelas di ruang sidang, Gus Nur mengatakan tidak ada bukti-bukti dan saksi yang dengan tegas dan jelas membuktikan isi dakwaan.
Ia menyebut satu per satu poin dakwaan, di antaranya terkait ujaran kebencian terhadap suku, ras, agama, dan golongan tertentu.
“Sekarang saya masuk ke inti, saya dituduh ujaran kebencian (terhadap) antarsuku, golongan. Itu tuduhan paling prinsip. [...] Coba sekarang tunjukkan ke saya, tunjukkan ke kami, saya mau lihat (akibat ujaran saya, ada konflik antarsuku, Red). Saya mau lihat sukunya,” kata Gus Nur.
“Ini harus ada buktinya,” kata dia menegaskan.
Jaksa pada Selasa minggu lalu (23/3) menuntut Gus Nur dua tahun penjara dan denda Rp100 juta atau kurungan selama tiga bulan.
Gus Nur didakwa dengan sengaja menyebarkan informasi bermuatan SARA yang dapat menimbulkan kebencian. Ia pun dijerat dengan Pasal 45 ayat (2) juncto Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No.19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No.11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Perlu diketahui, penasihat hukum terdakwa telah walk out/menolak menghadiri persidangan sejak sidang kedua sehingga Gus Nur pun mengikuti sidang tanpa didampingi oleh pengacara.
Baca juga: PN Jakarta Pusat fasilitasi layanan terpadu ramah disabilitas
Baca juga: Polisi amankan sejumlah simpatisan Rizieq Shihab di PN Jakarta Timur
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2021