Ankara (ANTARA News) - Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, Ahad berikrar untuk memaksa Israel bertanggungjawab atas tindakan "teror negara" di Timur Tengah pada saat ribuan pemrotes menentang serangan mematikan terhadap kapal bantuan kemanusiaan menuju Gaza.
Operasi militer Israel, yang menewaskan sembilan warga Turki itu, menyeret hubungan kedua negara yang suatu ketika bersekutu kuat ke dalam krisis yang dalam, dengan kecaman keras Erdogan terhadap negara Yahudi itu.
Gaza "adalah peristiwa bersejarah bagi kami," kata Erdogan dalam pidato di hadapan massa di kota baratlaut, Bursa, yang beberapa bagiannya disiarkan oleh saluran berita CNN Turki.
"Sasaran kami adalah mereka yang memaksa warga Gaza hidup dalam penjara di udara terbuka ... Kami akan tetap bertahan sampai blokade terhadap Gaza dicabut, pembantaian reda dan teror negara di Timur Tengah harus dipertanggungjawabkan," katanya menambahkan.
Israel telah menutup Gaza dari semua jurusan, kecuali bantuan kemanusiaan penting, itupun jarang untuk menekan penguasa wilayah itu - gerakan Palestina Hamas - dengan dalih untuk menghentikan serangan-serangan roket ke daerah selatan negara Yahudi itu.
Turki memanggil duta besarnya untuk Tel Aviv dan membatalkan latihan militer gabungannya setelah serangan pekan lalu, seraya menuntut permintaan maaf secara resmi dari Israel.
Israel akan absen dari kesertaannya pada latihan kekuatan udara internasional yang menurut militer Turki Ahad, akan digelar di Turki tengah, 7-18 Juni yang diikuti pesawat-pesawat dari Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Italia, Spanyol dan NATO.
Ankara juga menyerukan dilakukan penyelidikan independen internasional terhadap serangan itu, yang menurut Erdogan, rencana tersebut dibahas dengan Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Ban Ki-moon dalam percakapan melalui telpon Sabtu.
Presiden Prancis Nicolas Sarkozy Ahad juga menandaskan perlunya suatu penyelidikan netral dan layak dipercaya atas serangan Israel terhadap misi bantuan kemanusiaan itu.
Dia mengatakan melalui telpon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan memintanya menerima investigasi seperti itu, di mana Prancis bersedia ikut ambil bagian.
Namun duta besar Israel untuk Washington, Michael Oren, mengatakan kepada program "Fox News Sunday" bahwa negaranya "bisa dan berhak untuk melakukan investigasi sendiri", tanpa partisipasi penyelidikan internasional lain.
Di Ankara, sekitar 6.000 sampai 7.000 orang berkumpul di bawah guyuran hujan, meneriakkan "Israel Terkutuk! Israel Pembunuh, minggat dari Timur Tengah!", kata seorang fotografer AFP.
Beberapa pemrotes membakar gambar Netanyahu sedangkan pada poster yang lain dia digambarkan sebagai perompak dengan pengait di tangan, disertai tulisan "Armada Kemanusiaan Lawan Perompak."
Di Istanbul, sekitar 1.000 orang menyeru pemerintah mengusir para diplomat israel.
Di Marokko polisi mengatakan 35.000 orang, termasuk menteri-menteri pemerintah, mengadakan aksi protes di ibu kota rabat di mana mereka menginjak-injak bendera Israel.
Di Lebanon, ratusan anggota sayap kiri membakar bendera Israel pada demonstrasi dekat kedutaan AS, sedangkan sekitar 3.500 orang, banyak yang mengenakan ikat kepala Palestina, berunjukrasa di kota Prancis utara, Lille. (H-AK/S008)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010