Washington (ANTARA News/AFP) - Israel tidak akan mengambil bagian dalam penyelidikan internasional atas penyerbuan pasukannya terhadap kapal yang berusaha menembus blokadenya ke Jalur Gaza, kata duta besar Israel untuk Washington, Minggu.

"Kami menolak gagasan mengenai komisi internasional," kata Michael Oren pada "Fox News Sunday."

"Israel sebuah negara demokrasi. Israel memiliki kemampuan dan hak untuk melakukan penyelidikan sendiri, tidak diselidiki oleh badan internasioal," tambahnya.

Diplomat Israel itu mengatakan, pemerintahnya berunding dengan pemerintah Presiden Barack Obama mengenai "sebuah cara dimana penyelidikan kami berlangsung," namun tidak akan memenuhi tuntutan sejumlah negara bagi penyelidikan independen atas penyerbuan 31 Mei itu, yang menewaskan sembilan orang.

Oren mengatakan, insiden itu tidak membuat tegang hubungan antara Israel dan pemerintah Obama.

"Secara pribadi saya mengatakan bahwa selama beberapa hari kerja dengan pemerintah, saya tidak pernah mendengar kecaman, tidak pernah ada komentar kebencian sama sekali," katanya.

Israel menyulut amarah dunia ketika pasukannya membunuh sembilan aktivis selama penyerbuan terhadap kapal bantuan pada Senin pagi. Hubungan Israel-Turki terperosok ke tingkat terendah sejak kedua negara itu mencapai kemitraan strategis pada 1990-an.

Kekerasan parah dalam penyerbuan menjelang fajar Senin oleh pasukan Israel terjadi di kapal Turki, Mavi Marmara, yang memimpin armada kapal bantuan menuju Gaza.

Israel berkilah bahwa penumpang-penumpang kapal itu menyerang pasukan, namun penyelenggara armada kapal itu menyatakan bahwa pasukan Israel mulai melepaskan tembakan begitu mereka mendarat.

Kamis, kantor berita Anatolia mengutip beberapa ahli forensik yang mengatakan, korban tewas dalam serangan Israel itu mencakup delapan orang Turki dan seorang warga negara AS keturunan Turki.

Kewarganegaraan para korban tewas itu dipastikan setelah pemeriksaan mayat di sebuah institut forensik di Istanbul, dimana jenazah orang-orang itu diterbangkan pada Kamis pagi, tulis Anatolia.

Ahli-ahli forensik menemukan bekas-bekas peluru pada semua mayat itu dan memastikan bahwa satu orang ditembak dalam jarak dekat.

Keadaan pasti mengenai kematian aktivis-aktivis itu akan menjadi jelas dalam pemeriksaan balistik yang memerlukan waktu sekitar satu bulan, kata Anatolia.

Penyerbuan pasukan komando Israel terhadap armada kapal yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza yang diblokade itu telah menyulut kecaman dari berbagai penjuru dunia.

Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir tiga tahun lalu.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.

Hamas hingga kini masih terlibat dalam konflik dengan Israel, yang menarik diri dari wilayah pesisir Jalur Gaza pada 2005 namun tetap memblokadenya. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010