"Merunut dari proses kreatif yang cukup panjang, Alfa mengamati dan menarik kesimpulan bahwa sebegitu murninya alam semesta dan sebegitu palsunya kehidupan yang kita jalani," kata pengamat seni Yoyok Sutejo, di Yogyakarta, Minggu.
Ia mengatakan Alfa mencoba mengajak orang untuk merenung kembali tentang kosmos, tempat di mana manusia berada dilihat dari sudut pandang yang tidak terbatas atau absolut, serta mencoba meretas hubungan antara manusia, alam semesta, dan Sang Pencipta.
"Renungan itu untuk menumbuhkan kesadaran bahwa sekecil apa pun yang kita lakukan memberikan efek yang kadang di luar perhitungan nalar manusia, begitu pula sebaliknya apa yang terjadi pada alam semesta memberikan efek yang sangat luar biasa pada kehidupan manusia," katanya.
Menurut dia, hal itu seiring dengan berjalannya waktu, sampai pada kehidupan atau budaya yang jarang sekali berpikir tentang proses awal.
Dalam konteks tersebut, orang tidak perlu mengetahui bagaimana Thomas Alva Edison menemukan bola lampu, saat orang ingin menghidupkan lampu.
Orang juga tidak perlu memahami panjangnya proses James Watt menemukan mesin uap yang sekarang berevolusi menjadi kendaraan bermotor,
"Selain itu, juga beribu hal lain yang kita tidak harus mengetahui prosesnya karena kita berada pada zaman hasil, pada zaman pengembangan, pada zaman di mana proses awal yang membuat manusia menghargai alam dilupakan," katanya.
Pameran "Unity" yang menampilkan 15 lukisan karya Alfa Kriting akan berlangsung hingga 30 Juni 2010.(B015/M008)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010