"Tak gentar dengan adanya kesulitan itu, pemerintah akan konsentrasi terhadap upaya-upaya, tanpa mempengaruhi semuanya, untuk mempertahankan negara dan memulihkan kembali ekonomi," kata Lee dalam pidatonya.
Dia menyampaikan pidato pada Hari Pahlawan yang diselenggarakan di Makam Nasional di Seoul, untuk memperingati mereka yang meninggal dalam tugas militer semasa gerakan kemerdekaan.
Dengan cara ini, mereka yang mengorbankan diri mereka dan dimakamkan di pemakaman ini bisa dibayarkan kembali, kata Lee menambahkan.
Pemerintah konservatif Lee kini sedang berjuang untuk mengatasi ketegangan militer yang meningkat dengan Korea Utara, yang dituduh menenggelamkan sebuah kapal perang Korea Selatan dengan serangan torpedo Maret lalu.
Peristiwa itu menewaskan 46 pelaut muda Korea Selatan.
Korea Selatan telah memutus hampir semua pertukaran antar-Korea sebagai hukuman dan mengajukan serangan Korea Utara itu kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB).
Korea Utara menjawab tindakan itu dengan ancaman perang.
Namun kekalahan memalukan Partai Grand Nasional dalam pemilu lokal pekan lalu menunjukkan bahwa masyarakat tak sepenuhnya menerima pendekatan garis kerasnya terhadap Pyongyang.
Presiden dan partainya kemudian berada di bawah tekanan yang berkembang untuk mengubah kebijakan mereka terhadap Korea Utara.
Dalam pidato televisi pertamanya sejak pemilu, Lee secara tidak langsung menyebut apakah dia akan mengubah sikapnya.
Dia mengatakan bahwa impian untuk menyatukan kembali Korea belum menjadi kenyataan, karena rakyat Korea Utara masih dalam keadaan miskin dan tertindas, dalam menikmati kebebasan, perdamaian dan kemakmuran untuk berdampingan dengan rakyat Korea Selatan.
Lee menegaskan, "pemerintah akan menyantuni orang-orang yang berkorban untuk bangsanya sampai berakhir."
Dia menambahkan, pemerintahnya akan meningkatkan upaya-upaya untuk mencari dan menggali kerangka tentara yang tewas pada Perang Korea 1950-53 dan para pejuang kemerdekaan pada masa kolonisasi Jepang di Korea pada 1910-45.
Acara itu dihadiri oleh 5.500 orang, termasuk para pejabat tinggi pemerintah, para pejabat senior partai politik dan keluarga dari 46 korban kapal perang Cheonan yang tenggelam. (AK/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010